Kemiskinan bagai pendarahan. Harus dihentikan.
Demikian kata pamungkas yang meluncur dari mulut Munaldus, M.A. Lelaki kelahiran Tapang Sambas, Kalbar. Dikenal sebagai salah seorang pendiri, penggerak, penganjur, sekaligus praktisi Credit Union (CU). Tokoh CU bukan hanya di Kalimantan, melainkan juga nasional.
Banyak bukunya terbit seputar CU. Diterbitkan kelompok Kompas-Gramedia pula.
Kisah orang Dayak keluar dari sirkuit kemelut lingkaran setan kemiskinan stuktural. Sebuah buku yang enak dibaca. Menginspirasi. Dan perlu!
Inilah salah satu impian Liu Ban Fo, nama alias penulis produktif ini. Anggota, masyarakat, menjadi bebas dari kungkungan. Lepas dari belenggu. Serta merdeka dari sisi finansial.
Buku ini saripati. Kisahan para tahanan, yang kini telah merdeka, dan dimerdekakan CU Keling Kumang,
Mula-mula dari Tapang Sambas, gerakan ekonomi kerakyatan itu makin meluas. Kini menggurita, bahkan hingga mencapai anggota mendekati angka 300.000, dengan kantor pelayanan berbilang mendekati ratusan.
Tak ada yang menyangka, CU Keling Kumang yang semula dipandang sebelah mata, kini menjadi satu dari 100 koperasi besar di Indonesia.
Dengan aset 1,9 T beserta sumber daya dan anggotanya yang berbilang angka 260.000, CU Keling Kumang diakui Negara –melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah lewat sertifikat dan berbagai penghargaan.
Di bawah judul “Kopdit Keling Kumang: Semangat Pembebasan dari Pedalaman”, dalam buku 100 Koperasi Besar Indonesia (2015:58), koperasi kredit di ranah Ibanik ini tumbuh dan berkembang sejalan zaman. Kemiskinan stuktural, yang dialami masyarakat Dayak pedalaman Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat, ibarat pendaharan. Harus dihentikan.
Kehadiran CU Keling Kumang di Tanah Kerajaan Buah Main (Kab. Sekadau, Sintang, Melawi, dan Kapuas Hulu) pada 1993 gerakan menghentikan pendarahan secara terencana lagi masif. Mengajar dengan contoh, agaknya itu filosofi yang dikembangkan.
Tim Penulis, yang terdiri atas anak-anak muda aktivis CUKK, menuliskan kisah sukses 25 anggotanya. Bukan jatuh dari langit dan sekonyong-konyong. Melainkan sukses itu melalui jalan curam, kadang berliku, penuh perjuangan, diraih dengan kerja keras dan kerja cerdas. Tentu saja, lewat pendampingan CU yang menyuntukkan modal untuk berusaha. Itulah edukasi CUKK membuat anggotanya melek finansial.
Agaknya filosofi yang diturunkan dari generasi ke generasi ini dimampulaksanakan sampai ke akar rumput: barangsiapa tidak bekerja, hendaklah ia jangan makan! Konsep homo faber, manusia-bekerja, makan dari hasil kerja sendiri; benar-benar ditanamkan CUKK kepada anggota. Itulah etos kerja!
Berkat usaha keras, niat kuat, dan pendampingan; anggota keluar dari sirkuit kemelut belenggu kemiskinan. Mereka bebas lahir batin.
Dikatapengantari chief executive officer (CEO) CUKK, Valentinus, S.Sos., M.M., Pembaca dapat menimba dari sumur kekayaan, sekaligus percik percik pengalaman sukses anggota. Apalagi ditulis dengan gaya bercerita dan enak dibaca.