Akihito, Kaisar Jepang (1926 – 1989). Tatkala Jepang baru saja diratakan dengan tanah oleh sekutu di kota Hiroshima dan Nagasaki.
Jepang tumbang seketika. Hancur lebur. Namun, terbesit setitik harapan Jepang akan bisa bangkit. Dengan syarat.
Maka Baginda bertanya, “Berapa GURU yang masih HIDUP?”
Kaisar tidak bertanya apakah konglomerat, akademisi, dokter, tentara, dan polisi. Prek dengan mereka. Tapi, kaisar peduli dan bertanya tentang guru.
Di hari guru, hari ini, 25 November. Sedetik saja sisihkan waktu untuk mengenang dan mengingat guru kita, sosok yang berjasa mengantar kita, seperti waktu ini.
Mengapa? Sebab guru yang berjasa membangun negeri. Baik melalui ilmu, teladan hidup, maupun ajarannya. Tentu saja, guru sekolah formal. Yang mengajar dengan contoh hidup: dirinya sendiri.
Karena itu, muncul banyak alias guru, misalnya?
- Guru = digugu lan ditiru
- Otoritas ilmu
- Kamus/ buku berjalan
- Teacher-centered
- Guru mencari murid
- Guru mengisi murid bagai tabung kosong
Di hari guru, hari ini: 25 November.
Mari mendundukkan kepala. Sedetik saja sisihkan waktu untuk mengenang dan mengingat guru kita, sosok yang berjasa mengantar kita, seperti waktu ini.
Lebih dari 5 windu berlalu. Namun, saya masih ingat dan mengenang guru SD yang membuat saya bisa membaca dan menulis.
Mereka adalah: Aen, Metar, Amok.
Meski pernah menghukum dan keras dalam mendidik, pernah mistar patah dan penghapus papan tulis melayang, saya tidak merasa mereka kejam.
Itulah caranya. Metode mendidik yang luar biasa.
Saya bukan hanya penggemar, melainkan lebih tepat penggila Kho Ping Hoo. Dari bacaan-bacan kisahan yang saya baca, konsep KPH tentang guru sebagai berikut.