KAMUS AWAL SEBAGAI RUJUKAN
Cerita Kami Menyusun Kamus Dayak Ngaju
Ketika memposting tiga seri rangkaian berita di Kalteng Pos yang menuliskan bagaimana proses penulisan Kamus Dayak Ngaju kami, seorang sahabat membuat komentar, ‘Infonya dapat bahan dari yang di atas’. Sahabat ini membagikan link harian kompas yang mengulas kamus tulisan Dwibahasa Dayak Ngaju – Indonesia yang disusun oleh Albert Bingan dan Offeny Ibrahim dan terbit tahun 2005.
Kepada wartawan Kalteng Pos (Harian lokal ternama di Kalimantan Tengah), kami sudah menyampaikan bahwa untuk kamus pola Dayak Ngaju ke Indonesia, kamus yang kami susun adalah yang ketiga. Artinya ada dua kamus sebelum kami, yaitu Kamus Dwibahasa Dayak Ngaju – Indonesia yang disusun oleh Albert Bingan dan Offeny Ibrahim yang terbit tahun 2005 dan kamus Dwibahasa Bahasa Dayak Ngaju – Bahasa Indonesia yang disusun oleh Dunis Iper dan terbit 2009. Kepada wartawan Kalteng Pos, saudara Akhmad Dhani, kami menjelaskan bahwa dua kamus itu menjadi rujukan kami dalam hal penulisan kutak (kata) Dayak Ngaju yang sudah disepekati kaum intelektual Dayak Ngaju.
Dengan Bapak Dunis Iper, kami pernah berdiskusi soal Kamus Dayak Ngaju dan Muatan Lokal. Beliau ini salah satu penulis buku Muatan Lokal yang menjadi rujukan saat ini. Itu kami temukan sewaktu berkunjung ke berbagai sekolah di Palangka Raya, bahwa guru-guru muatan lokal di sekolah yang dikunjungi itu menggunakan buku karya Pak Dunis Iper. Saat berdiskusi, Pak Dunis menjelaskan bahwa rujukan utama beliau adalah kamus Dajacksch – Deutsches Worterbuch atau Kamus bahasa Dayak Ngaju — bahasa Jerman karya Aug Harderland yang terbit pada tahun 1859. Pak Dunis juga menjelaskan bahwa kamus karya Albert Bingan dan Offeny Ibrahim menjadi rujukan, dan itu ada di daftar Pustaka kamus Pak Dunis.
Kami tidak pernah berjumpa dengan Pak Albert Bingan dan Pak Offeny Ibrahim, dan sebagai penulis buku kami begitu menghargai dan berbangga dengan mereka berdua ini. Kami memiliki salinan (fotocopy) kamus mereka, versi terdahulu. Dan, sama seperti Pak Dunis, kami juga merujuk ke kamus beliau berdua ini dalam hal penulisan kutak itah.
Kami juga memiliki kamus Dajacksch – Deutsches Worterbuch yang disusun oleh Aug. Hardeland. Sehingga kami pun merujuk ke kamus itu untuk kosakata non popular (bukan bahasa sehari-hari), namun masih cukup sering dipakai. Aug Harderland sesungguhnya tidak bekerja sendiri, meskipun beliau fasih berbahasa Dayak Ngaju, ada Becker, Timotius Marat dan Ambo Djaya Negara yang menjadi rekan beliau untuk berdiskusi.
Itulah sebabnya, kepada Akhmad Dhani dari Kalteng Pos, kami menyebutkan bahwa kamus versi Dayak Ngaju ke Indonesia milik kami adalah kamus ketiga. Kamus pertama adalah karya Albert A. Bingan & Offeny A. Ibrahim dan yang kedua karya Dunis Iper. Seharusnya karya kami adalah yang keempat, karena sebelum Alber Bingan, Offeny Ibrahim dan Dunis Iper menyusun Kamus Dayak Ngaju, sejak tahun 1940-an, Bue Tjilik Riwut sudah menyusun Kamus Dayak Ngaju Indonesia, tetapi kamus karya bue Tjilik Riwut tidak diterbitkan dan draft kamus Bue Tjilik tersimpan di arsip Mina Nila Riwut.
Dan tentu saja kamus kami sangat berbeda dengan kamus sebelumnya, selain adanya penambahan kosakata baru dari bahasa popular, untuk kamus yang terbit pertama kali tahun 2015, dimana ada nama Pak Bajik Simpei, ada banyak kosakata Sangen di dalamnya. Dan kamus itu spesial, karena memberikan kode, untuk kata khusus yang kami identifikasikan bukan kata popular bahwa lema yang terangkum di kamus kami ada di Kamus Albert Bingan dan Offeny Ibrahim dengan kode AB dan lema itu ada di kamus Dunis Iper dengan kode DI dan kata itu hanya ada di kamus kami serta tidak ada di kamus sebelumnya, tetapi berasal dari Pak Bajik dengan kode BI. Orang-orang yang mencermati isi kamus kami edisi pertama dan khusus ini secara satu persatu, akan menemukan kekhususnya. Dan itu dijelaskan dalam keterangan di belakangnya.
Untuk kamus pertama edisi khusus, dimana Pak Bajik Simpei menjadi bagian dari tim kami, ada dua kekurangan, yaitu belum memasukan klasifikasi kelompok kata dan belum memasukan simbol fonetik.
Kamus kami adalah yang ketiga untuk kamus yang disusun dari BAHASA DAYAK NGAJU KE BAHASA INDONESIA. Namun untuk pola dari BAHASA INDONESIA KE DAYAK NGAJU, kamus kami yang pertama terbit tahun 2017. Saat itu belum ada kamus sejenis (dengan pola yang sama) terbit terlebih dahulu. Dalam hal ini pengguna kamus bisa mengecek ke Pusat Perbukuan Nasional dan International melalui ISBN 978-602-14921-5-4.
Untuk KAMUS LENGKAP versi BAHASA DAYAK NGAJU – INDONESIA DAN INDONESIA – DAYAK NGAJU, kamus kami adalah yang pertama. Kamus ini terbit dengan 978-602-53173-0-9.
Saat ini kami memfokuskan pada pengembangan kosakata popular. Kosakata popular adalah kosakata yang dipakai dari masa lalu dan masih bertahan sampai hari ini, misalnya ikau, kuman, biti, kalonen, takolok, huma, lewu, baun, dst yang hampir setiap waktu kita ucapkan. Ada juga bahasa serapan yang diNgajukan, misalnya computer (Inggris) yang diucapkan oleh lidah Dayak Ngaju dengan kompoter, komputer.
Kembali ke perihal di atas, untuk kamus sebelumnya kami merujuk dan menuliskan di daftar Pustaka. Kami juga menyandingkan (bukan membandingkan) entri kata secara satu persatu dari bagian A sampai bagian Z antara kamus karya Albert Bingan – Offeny Ibrahim dengan kamus Karya Dunis Iper. (Bersambung)
Damianus Siyok