Sawit untuk kemakmuran negeri. Bagaimana semua pihak menikmati komoditas yang di dunia ilmiah disebut “elaeis guineensis” ini?
Terutama rakyat. Berpikirlah bagaimana masyarakat banyak semakin menikmati kehadiran komoditas, yang terbukti daya tahannya terhadap Pademi Covid-19 itu. Sekaligus tetap menjadi primadona devisa negara justru di saat-saat dunia mengalami kelesuan ekonomi dan dilanda turbulensi akibat berbagai dampak politik, bencana, serta pengaruh global.
Dengan potensi lahan yang sangat luas, Indonesia diprediksi menjadi pemain kunci utama sawit dunia. Lantaran peran dan faktor Indonesia, akan makin banyak terjadi apa yang disebut dengan “post truth”, yakni upaya menghalangi Indonesia sebagai lokus eksistensi sawit, pemain utama, dan pengekspor terbesar dunia.
Namun, justru karena peran yang dominan itu, ancaman menghadang di depan mata. Banyak kepentingan bermain pada industri sawit. Dan Indonesia diganggu terus dengan posisinya itu.
Faktanya adalah bahwa memasuki kuartal pertama tahun 2022, harga tandan buah segar (TBS) sawit mendadak terjun bebas. Dari semula a rp 3.400 – rp 4.000/kg, menjadi hanya rp 600. Boro-boro untung. Buntung, ya!
Apalagi, di tengah gejolak dinamika sawit, Pemerintah mencabut larangan ekspor minyak sawit mentah (CPO). Keputusan mulai berlaku pada 23 Mei 2022.
Menurut keterangan, Keputusan tersebut didasarkan pada fakta jumlah pasokan yang stabil serta harga minyak goreng yang mulai turun. Nyatanya, tekan di sini (stop dan buka kran ekspor CPO) tidak serta merta memberi keuntungan seketika. Dampaknya di lapangan masih terasa.
Meski kemudian keputusan stop kran ekspor minyak sawit mentah (CPO) diralat, tak dapat dipungkiri dampaknya pahit terasa. Di tingkat petani, hal itu sangat memukul. Harga sawit terjun bebas. Naiknya sulit sekali untuk mencapai harga semula: a rp 3.000/kilo tandan buah segar.
Kebijakan yang tidak bijak. Memukul diri-sendiri. Seperti ban bocor. Tambal yang kecil, yang besar bocornya tidak. Malaysia menikmati betul kebijakan yang tergopoh-gopoh itu. Nikmat sekali negeri tetangga.
Apa yang harus dilakukan? Bagamana sebaiknya bersikap? Buku ini sekilas memberi jawab, namun pasti tidak tuntas, apalagi memuaskan. Tapi pas sebagai bahan kajian dan diskusi.
Anda yang ingin mendalami topik ini. Dapat mengunjungi https://play.google.com/store/books/details?id=bqqTEAAAQBAJ