Keluarga Jawa | Buku Babon untuk Patok-duga

Ketika mahasiswa semester I sebuah perguruan tinggi swasta di Malang. Tarikh Masehi ketika itu 1986.

Sekian masa berlalu. Namun, masih lekat kuat hingga hari ini ada sebuah buku yang menurut saya sangat bagus dan patut dijadikan babon. Meski telah lebih dari 30 tahun silam saya baca.

Buku bersampul cokelat terbitan Grafiti Pers tahun 1983, akan tetapi isinya tak lekang oleh waktu. Judulnya Keluarga Jawa – to the point, sekaligus menarik. Ditulis oleh Hildred Geertz. Dari namanya, pasti sang penulis buku ini nonJawa.

Digambarkan dalam buku itu. Tentang citraan sebuah keluarga Jawa yang mengutamakan harmonis, guyub, dan senang berkumpul dalam acara-acara keluarga.

Dari sinilah kemudian muncul pameo, “Mangan ora mangan waton kumpul” (makan atau tidak, asal berkumpul).

Suatu prinsip etis dalam kehidupan sebuah kaum, sebenarnya, apabila ditinjau dari ilmu antropologi-budaya.

Buku yang saya anggap “babon” itu masih berada di antara ribuan koleksi pustaka pribadi saya hingga hari ini. Saking terkesannya, saya lalu membayangkan: seperti apakah kiranya model atau citraan Keluarga Dayak?

Telah lama terbetik niat saya menulis buku dengan topik Keluarga Dayak.

Akan tetapi, keinginan itu tetap saja menjadi keinginan. Bahan bacaan sebenarnya ada dan cukup mendukung.

Hanya saja, belum ada pemantik berupa api yang berkobar-kobar membakar semangat untuk segera mewujudnyatakannya.

Membaca buku, untuk para pesilat-kata tingkat tertentu, bukan (lagi) untuk mengutip. Melainkan untuk dijadikan: pembanding dan patok-duga.

Menjadi kebiasaan saya, jika di dalam proses menulis buku semangat tidak berkobar-kobar dalam proses kreatifnya, maka sebaiknya ditunda. Sebab hanya tulisan yang prosesnya dibakar semangat menyala saja yang akan menghasilkan sebuah buku yang berdaya-pikat dan meninggalkan kesan bagi Pembaca.

Powernya akan muncul manakala sebuah naskah ditulis dari kedalaman jiwa yang dibakar keinginan kuat untuk berbagi kepada Pembaca.

Hingga tiba saat yang tepat –segala sesuatu memang akan indah pada waktunya—saya menulis buku Keluarga Dayak.

Bahan-bahan telah dikumpulkan. Semoga tetap diberikan kemudahan oleh Allah,  jalan lempang oleh Tuhan, dan terang akal budi oleh Rohnya yang kudus untuk menjadikan buku itu tahun 2023.

Membaca buku, untuk para pesilat-kata tingkat tertentu, bukan (lagi) untuk mengutip. Melainkan untuk dijadikan: pembanding dan patok-duga.

Apa pula patok-duga? Ia istilah padanan dari benchmarking.

Saya menjelajahi juga buku serupa, tapi tak sama, di jagad digital dunia. Bertemu dengan karya penulis yang sama. Di bawah judul The Javanese Family: A Study of Kinship and Socialization. Diterbitkan Waveland Press, Incorporated, 1989

Kandungan sajian isinya: setali tiga uang dengan Keluarga Jawa.

 

 

Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 731

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply