Kembali ke Basengat Ka’ Jubata (1)

Tulisan ini merupakan refleksi penulis dalam memaknai Masa Prapaskah 2023 di tengah konteks kita orang Dayak dengan berangkat dari kearifan lokal orang Dayak: Basengat Ka’ Jubata.

Bagi umat Katolik, Masa Prapaskah adalah masa tobat. Retret Agung. Masa penuh rahmat di mana orang diajak untuk kembali kepada apa yang esensial yang tak lain ialah Tuhan sendiri. Seperti yang kita dengar dalam bacaan pertama dari Nubuat Nabi Yoel bab dua ayat tiga belas pada Misa Rabu Abu: “Berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu”.

Dalam konteks Gereja Katolik di Indonesia, umat beriman diajak mendalami dan selanjutnya mengambil tindakan konkret bersama atas Tema Aksi Puasa Pembangunan Nasional (APPN) 2023: “Keadilan Ekologis Bagi Seluruh Ciptaan: Semakin Mengasihi dan lebih Peduli”. Dengan melansir dari laman mirifica.net, baiklah kiranya saya kutipkan secara utuh penjelasan dari Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) terkait dengan tema tersebut.

“Keadilan ekologis berarti adil terhadap sesama manusia (sosial) dan sekaligus adil terhadap ciptaan lainnya. Ciptaan memiliki arti lebih luas dari lingkungan hidup, karena ada hubungannya dengan rencana kasih Allah di mana setiap makhluk memiliki nilai dan arti (bdk. Laudato Si’/LS 76). Keadilan ekologis bertumpu pada prinsip bahwa seluruh ciptaan saling terhubung dan tergantung satu sama lain, sebagai suatu persekutuan universal. Paus Fransiskus menawarkan pendekatan ekologis yang mengintegrasikan soal keadilan dalam lingkungan hidup untuk mendengar dan merespon seruan bumi dan kaum pinggiran (bdk. LS 49).

Bagi umat Kristiani kepedulian akan keadilan ekologis bagi seluruh ciptaan adalah bagian dari pewartaan Gereja (bdk. Mrk. 16:15). Gereja dipanggil dan diutus menjadi saksi keadilan dalam dunia dengan mencari langkah nyata dalam menerapkan prinsip menghormati martabat manusia, memperjuangkan kesejahteraan bersama, membangun solidaritas dan keberpihakan pada yang rentan berdasarkan cinta kasih sekaligus melestarikan alam semesta”.

Oleh setiap keuskupan tema itu kemudian diolah kembali sambil menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi keuskupan masing-masing.  Keuskupan Sintang, misalnya, mengambil tema: “Memuji Tuhan, Merawat Alam”. Tema ini terinspirasi dari pujian Pemazur ketika melihat kebesaran Tuhan dalam segala ciptaan-Nya (Mzm 104). Melaui tema ini Gereja Keuskupan Sintang mengajak umat beriman untuk peduli dan memperjuangkan lingkungan hidup demi keutuhan ciptaan sebagai perwujudan imannya.

Tentang bagaimana umat beriman di Keuskupan Sintang mendalami serta mempraktekkan tema tersebut, bukan menjadi fokus dari tulisan ini. Seperti ajakan yang ditawarkan oleh Nabi Yoel, tulisan ini juga sebentuk ajakan, secara khusus kepada umat Kristen Dayak, untuk kembali kepada apa yang esensial yang sejatinya sudah terkandung dalam salah satu yang menjadi kearifan lokal orang Dayak.

Kearifan lokal itu saya jadikan titik acuan, pertama-tama, agar penghayatan akan masa tobat ini, akan ajakan Nabi Yoel dan akan tema APPN juga dijalani oleh umat Kristen Dayak dengan sepenuh hati. Harapannya agar laku doa, puasa dan amal kasih yang mereka lakukan, baik sebagai pribadi maupun sebagai persekutuan Umat Allah, menghasilkan buah demi terwujudnya tata kehidupan bersama yang lebih bermartabat.

Selain itu, diletakkan dalam konteks evangelisasi di bumi Kalimantan, acuan kepada kearifan lokal itu hendak mengingatkan agar Gereja lokal menaruh perhatian terhadap harta kekayaan budaya yang telah dibagikan Allah kepada suku bangsa Dayak.

Gereja mesti menaruh perhatian pada kearifan lokal karena “pengembangan kelompok sosial mengandaikan suatu proses sejarah yang berlangsung dalam suatu konteks budaya, dan membutuhkan keterlibatan terus-menerus, terutama dari pelaku masyarakat lokal, dengan bertolak dari budaya mereka sendiri. Hal tersebut hendak menegaskan bahwa gagasan tentang kualitas hidup tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dipahami dari dalam dunia simbol dan adat yang menjadi milik masing-masing kelompok manusia” (Laudato Si, 144).

 

Falsafah Basengat Ka’ Jubata

Adapun kearifan lokal yang saya maksudkan ialah salah satu yang menjadi falsafah hidup manusia Dayak, yakni Basengat Ka’ Jubata. Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata. Begitulah bunyi lengkap falsafah hidup orang Dayak. Adil Ka’ Talino berarti adil terhadap sesama; Bacuramin Ka’ Saruga artinya mengarahkan mata ke surga; Basengat Ka’ Jubata memiliki arti bernapaskan Tuhan yang Mahakuasa.

Falsafah Basengat Ka’ Jubata saya jadikan titik berangkat karena di dalamnya diperlihatkan dengan benderang apa yang menjadi esensi manusia Dayak. Manusia Dayak adalah makhluk religius, makhluk ber-Tuhan karena napas hidupnya berasal dari Tuhan sendiri (basengat). Oleh karena itu, hidupnya sepenuhnya bergantung pada Tuhan, Sang pemberi kehidupan.

Mengatakan manusia Dayak sebagai makhluk religius, hemat saya, memiliki tiga konsekuensi langsung berikut. Pertama-tama, pengakuan akan Tuhan sebagai pencipta dan penguasa alam semesta. Kedua, hormat terhadap harkat dan martabat setiap individu sebagai citra ilahi. Ketiga, hormat terhadap alam.

Gambaran tentang manusia sebagaimana ditulis oleh Tjilik Riwut dalam bukunya Menyelami Kekayaan Leluhur dapat membantu kita memahami esensi orang Dayak sebagai makhluk religius. Berangkat dari mitos penciptaan Kaharingan, dia meyakini kalau manusia merupakan ciptaan yang paling mulia dan sempurna. Sebagai ciptaan yang paling mulia dan sempurna manusia diharapkan menjadi contoh dan teladan bagi sesama, bersikap hormat, adil, jujur dan benar kepada sesama, serta selalu mengupayakan perdamaian.

Dan dengan menyandang predikat sebagai makhluk yang paling mulia dan sempurna, manusia diingatkan untuk tidak menjadi pribadi yang sombong dengan memandang rendah orang lain. Justru sebaliknya ia mesti menjadi pribadi yang rendah hati. Dalam semangat kerendahan hati itu pula, ia diingatkan untuk selalu bertobat dengan membersikan dan menyucikan diri dan jiwanya.

 

Sumber foto: Suarapemredkalbar.com

Share your love
Avatar photo
Gregorius Nyaming
Articles: 34

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply