Jauh dari niatan riya. Atau sok pamer. Sekadar berbagi saja. Malah sedikit memberi motivasi. Bahwa siapa saja bisa, termasuk Anda. Menulis dan menerbitkan buku melebihi bilangan usia.
Demikianlah saripati, mengapa saya bisa menulis dan menerbitkan 136 buku ber-ISBN. Hebat? Tidak!
Alah bisa karena biasa. Tajam pisau karena diasah. Tidak ada yang hebat luar biasa. Yang ada: kebiasaan.
Buku, setidaknya bagi saya, multidimensi. Ia bukan sekadar kumpulan kertas yang dihurufi, dan ditintai. Bukan hanya sekadar karya olah seni dan intelektual, buku mengikat ilmu. Selain, tentu saja, punya sisi industri, tepatnya ekonomi kreatif.
Jika hanya menulis dan menerbitkan 1 buku, seseorang punya 1 pengalaman saja. Jika menulis lebih dari 100 buku, kita baru tahu ada banyak sisi buku. Ia multifacet. Beberapa di antaranya:
Ada yang memuaskan hobi.
Ada yang untuk promosi.
Ada yang untuk investasi.
Ada yang jual-putus.
Ada yang mendapat banyak royalti.
Ada yang untuk proyek.
Ada yang dipesan.
Ada yang dijual sendiri.
Ada yang menang hibah.
Ada yang lolos sayembara.
Ada yang tidak dijual lagi.
Ada yang sekali cetak saja.
Ada yang dipakai hanya untuk seminar/ workshop.
Ada yang tidak dicetak lagi.
Ada yang di Google.
Ada yang di Amazone.
Ada yang ghost writer.
Ada yang co-author.
Ada yang di web.
Ada yang e book.
Ada yang hanya dicetak/analog.
Ada yang inden 1.2000 sebelum terbit. Banyak yang dibajak. Namun, sedikit saja yang dipesan tapi gak dibayar.
Ada penerbit besar.
Ada penerbit medioker.
Ada penerbit kecil.
Ada penerbit Gramedia.
Ada penerbit lokal.
Ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa asing.
Ada yang dalam proses penulisan.
Sejak 2013, saya makan buku. Baik dalam arti harfiah maupun simbolik.
Buku.
Begitulah cara kerjanya!