Menulis Renungan yang Menarik dan Menggugah

Bayangkan Anda (Penulis) sedang ngobrol santai namun cukup pribadi. Ya, seperti sedang nongkrong ngopi. Obrolan yang awalnya biasa namun tanpa sadar sampai pada titik dimana rekan bicara Anda terdiam. Merenung. Seolah menyadari sesuatu yang salah atau harus diubah dari perilakunya. Titik sadar! Pada titik inilah Anda ‘berhasil’.

Begitulah cara pandang Anda ketika hendak menulis renungan. Kesannya bukan sedang menggurui tetapi mengajak, menggugah atau lebih lagi menyadarkan. Buatlah pembaca ‘tersentak’.

Bagaimanapun juga seseorang sudah memilki pra pengetahuan ketika hendak membaca sebuah renungan. Mereka tahu akan ditergur atau dilucuti kesalahannya.

Namun toh tetap membacanya. Apalagi jika judulnya sesuai dengan keadaan yang sedang mereka hadapi. Jelas! Mereka berharap mendapat sesuatu yang menguatkan atau setidaknya mereka ingin tahu dan memahami dari topik tersebut.

Mungkin 6 (enam) tips berikut dapat membuat renungan Anda menarik dan menggugah pembaca:

Pertama, mulailah dengan fakta. Bukalah dengan fakta. Bisa dari pengalaman pribadi, orang lain, peristiwa sehari-sehari, peristiwa yang menyedot perhatian publik, atau dari Alkitab. Kalau pun ilustrasi usahakan berdasarkan fakta.

Ini penting untuk menyakinkan pembaca bahwa ada persoalan. Maka mereka akan melanjutkan membaca untuk menemukan jawaban. Karena itu, sajikan fakta yang kontekstual dan relevan dengan keadaan pembaca. Kalau untuk pembaca Indonesia gunakan fakta-fakta yang ada di Indonesia, dan seterusnya.

Kedua, satu ide pokok cukup. Renungan dibaca sekali duduk seperti membaca cerpen. Justru waktu yang lebih banyak adalah untuk merenung. Maka satu ide pokok saja cukup.

Ketiga, gunakan kata yang konsisten. Maklum yang sering terjadi digunakan kata-kata yang memiliki pengertian sama. Mungkin karena terbiasa berbicara/berkhotbah, kata-kata itu digunakan hanya sebagai penakanan saja. Beda dengan tulisan malah akan jadi bias. Apa sebenarnya yang ingin ‘dijelaskan’. Misalnya kata iri dan cemburu. Pilih salah satu saja.

Keempat bahasa lugas dan tegas. Tidak bertele-tele. Tapi juga bukan ‘marah-marah’. Apalagi untuk pembaca pada masa kini dengan karakteristik mudah tersinggung. Faknya masa sekarang karena hal sepele orang mudah sekali tersinggung hingga tega berbuat di luar batas kemanusiaan. Terkadang orang tersinggung karena mendengar kata kurang tepat. Maka pemilihan kata sangat penting.

Anda tidak perlu mengulangi kalimat yang memiliki pengertian sama. Ingat Anda menulis bukan berkhotbah. Bukan didengarkan tetapi dibaca. Biarkan pembaca membuka ruang imajinasinya (merenung). Jadi tak perlu diulangi, kalau mendengarkan kadang kurang jelas jadi perlu diulang. Kalau tulisan tinggal mereka baca lagi.  

Kelima, ayat Alkitab sebagai puncak. Seperti sebuah cerita ada alur demikian juga dengan menulis. Menulis renungan juga ada alurnya dimana puncak adalah apa yang dikatakan Allah. Maka ayat Alkitab lebih baik ditulis pada bagian akhir sebagai dasar, penegasan dan jawaban.

Keenam, tuliskan ayat Alkitab (nats) menyatu dengan paragraf. Ayat Alkitab ditulis italic dan berikan tanda petik sedangkan alamat ayat tuliskan dalam kurung di akhir. Tujuannya agar terkesan utuh sehingga pembaca tidak tiba-tiba dipaksa ‘melompat’. Biarkan pembaca menikmati dari awal hingga akhir. Jangan lepaskan mereka!  

Menulis renungan ibarat sedang perang yang butuh strategi untuk menang. Strategi yang ditakuti musuh adalah “membunuh tanpa menyentuh”. Tanpa tindakan kekerasan namun seorang mengaku dan sadar. Bukankankah penulis tidak head to head secara fisik. “Bunuhlah” kesalahan, dan perilaku buruk mereka dengan mengguncang titik kesadarannya.

Perlu dicatat tips ini di luar ketentuan dari media atau lembaga tertentu yang menetapkan format tersendiri. Namun dalam sebuah tulisannya yang utuh cara menulis seperti tips di atas akan menarik pembaca.

Apa yang Anda pikirkan ketika hendak menulis renungan atau mempersiapkan? Apa yang Anda harapkan dari pembaca? Orang tersinggung atau tersadar? Pasti Anda pilih yang kedua bukan? Tips di atas kiranya semakin memperlengakapi pelayanan Anda.

Sumber ilustrasi: pixabay.com

Share your love
Avatar photo
Matius Mardani
Articles: 16

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

One comment

  1. Boleeeh juga. Jika sudah sekitar 15-20 artikel, dapat: Dibukukan menjadi semacam vade mecum, buku panduan menulis Renungan yang menyentuh dan menggugat.

Leave a Reply