Perpustakaan Nasional Untung Ada, Ada Untung

Judul narasi ini seperti bermain-main kata.

Tapi itulah gambaran jujur hati nurani saya. Tanpa Perpustakaan Nasional, tak pernah saya bisa jadi sarjana. Juga Penerbit. Dan penulis.

Ketika akan riset, dan menulis skripsi mengenai sistem kepercayaan suku Dayak (1988) guna memenuhi persyaratan lulus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana, Malang. Saya dikirimi sejumlah buku oleh sahabat di Jakarta. Beberapa di antaranya karya Edwin Gomes, Ukur, Riwut, Evans, Schadee, dan Scharer yang merupakan sumber primer.  Semua itu monograf tentang Dayak yang memberikan sumbangan untuk memahami konteks dan konek.

Pustaka yang tergolong langka itu, masih saya simpan hingga sekarang. Menjadi koleksi pribadi. Sebab mencarinya lagi di perpustakaan nasional RI di jalan Merdeka Selatan, Jakarta, bagai menemukan sebutir jarum pada tumpukan jerami.

Untung Perpustakaan Nasional yang lain, hingga kini, saya masih mengakses pustaka terkait dan relevan secara langsung untuk memperkaya data dan sajian gizi menu buku-buku saya. Terkhusus, untuk buku-babon, The History of Dayak. Tidak kurang dari 300 buku saya baca. Kemudian, saya sarikan untuk menambah kekayaan dan kebenaran buku sejarah Dayak itu.

Baca The History of Dayak | Dayak Menulis dari Dalam https://bibliopedia.id/the-history-of-dayak-dayak-menulis-dari-dalam/?v=b718adec73e0

Sadar buku itu nantinnya banyak diacu, saya sangat hati-hati. Meski pemesan inden di atas 200, dan nilainya menggiurkan, saya tak hendak khilaf. Tetap saja mementingkan akurasi dan mutu.

Saya merasa Perpustakaan Nasional rumah. Lengkap dan nyaman. Ruangan berpendingin luar biasa membuat betah. Jika perut keroncongan, tinggal turun ke kantin yang nyaman dan terjangkau harganya.

Saya biasa ngendon, tumpat-padat, berjibaku di antara buku-buku di Perpustakaan Nasional. Mulai buka, jam 10.00 hingga tutup jam 16.00.

Nama saya pasti tercatat sebagai pemustaka aktif di sini. Hanya saja, tidak berada pada papan atas. Sebab tidak setiap masa saya ke gudang ilmu ini. Hanya jika perlu saja. 

Maklum, dari rumah saya perlu waktu 1,5 jam. Aksesnya sangat mudah. Cukup sekali naik Trans-Jakarta, lewat bus way yang lempang jalannya. Hanya sekali gesek, pindah di stasiun Trans-Jakarta, Gelora Bung Karno, menuju arah Monas. Dan berhenti di sana, untuk nyeberang. Jalan kaki. Sampai dah!

Jika ingin melihat data buku dan peminjamannya. Juga tren para penggila baca. Silakan arahkan mata ke ilustrasi! 

 

Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 731

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply