Petani Sawit Tertahan Kaya

Petani Sawit Tertahan Kaya.

Mungkin itu judul yang pas. Sebab pernah akan kaya, sebelum Maret 2022. Di mana harga sawit per kilo tandan buah segar (TBS) IDR 3.300 di tingkat petani.

Akibat salah ucap dan salah tindak, serta sawit tiba-tiba berubah menjadi “alat politik”, para petani jadi korbannya. Kini setelah harga anjlog pada titik nadir, tidak untung rp 900/TBS, naiknya tidak mudah. Padahal dulu, petani sawit “terancam: kaya.

Petani Sawit Terancam Kaya

Tatkala bertolak dari kampung ke ibukota Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak beberapa waktu lalu. Saya saksikan. Ada yang berubah, dan akan senantiasa berubah. Perikehidupan orang yang tinggal di pesisir dan yang tinggal di daratan.

Dan sepanjang jalan, dari Sekadau-Simpang Tanjung-Kembayan-Balai Sebut pergi pulang Pontianak, saya saksikan pemandangan unik.  Sepanjang jalan, truk dan pick up penuh muatan. Mengangkut sawit dari petani ke , dan dari ke pabrik pengolahan sawit (CPO) terdekat.

“Itu tidak kurang dari tujuh ton,” kata kawan saya menunjuk truk di depan yang penuh muatan sawit.

“Itu tiga ton!” tunjukknya pada sebuah mobil Hillux yang disulap jadi pick up.

“Jika saat ini harga sawit tingkat petani a rp 2.650, maka kalikan saja berapa?”

 Demikian pemandangan sepanjang jalan raya di Kalbar. Kita saksikan sepanjang perjalanan tiada putusnya sawit lalu lalang.

Para petani bersukacita. Ladang-ladang yang dahulu kala ditanami padi, kini terlihat pandang/ tajar ukuran 9 x 9 meter berdiri di antaranya. Lima tahun ke muka, niscaya tanaman palma yang dijuluki “emas hijau” itu akan memakmurkan pemiliknya.

Setelah Pandemi melanda, Februari 2020, tak syak lagi, sawit menyumbang devisa terbesar negara. Dampak langsungnya, petani turut menikmati.

Ke muka, sawit akan semakin berjaya. Apalagi, kini, pesawat terbang pun akan “minum” dari minyak sawit yang sudah diolah. Kabar teranyar ini, makin membuat petani sawit bergiat.

Saya berjumpa dengan banyak petani sawit yang menjadi kaya di kampung-kampung. Memang dihitung dari sisi produktivitas, masih belum ideal. Idealnya, 1 hektare sawit per tahun produksinya mencapai 25 ton. Pemeliharaan, pupuk, pruning, serta tata kelola sawit dari para petani akar-rumput masih perlu ditingkatkan lagi.

Toh demikian, tetaplah sawit untuk saat ini memberi nilai tambah yang meyakinkan. Orang kampung banyak menebang karet, menggantinya dengan sawit.

Ke depan, akan sulit bagi peusahaan memiliki lahan lagi di Kalimantan. Petani akar rumput telah sadar akan nilai setapak lahan. Mereka tidak akan sudi menyerahkannya lagi ke perusahaan, seperti dahulu.

Apakah setelah suasana Imlek, jadi malam ke-15, atau Cap Go Meh, sawit akan naik dan normal kembali?

Beberapa kawan petani meramalkan –lebih tepat berharap- demikian!

Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 730

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply