Sarinah kini dan masa lampau berbeda.
Di mana letak bedanya? Letak perbedaannya bukan pada letaknya. Sebab Sarinah tetap berada di bilangan Sudirman, Jakarta. Akan tetapi perbedaannya terletak pada penataannya, yang sealir, mengikuti zaman.
Tahun 1989, saya mulai tinggal di Jakarta. Sering main-main sekitar Menteng – Sudirman – Tanah Abang. Bahkan, sering jalan kaki (ngirit ongkos) dari Sarinah – Cikini. Melihat Sarinah, di pengujung 1980-an itu, masihlah toserba modern, ketika itu.
Namun kemudian, Sarinah ketinggalan zaman. Ia kalah pamor dan keren dengan sumpermall lainnya yang bertebaran di kota metropolitan. Bahkan berkibar sampai Provinsi Banten dan wilayah Bekasi, terutama dari grup Ciputra dan Lippo.
Maka Sarinah kian tenggelam. Perlahan hilang ditelan bayang-bayang supermall lain yang bertebaran di metropolitan dan sekitarnya. Beruntung, ada saja orang yang ingin menyelamatkan sejarah. Tergerak hatinya. Turun tangan membuat Sarinah, sejarah tergali kembali.
Pada masa Pandemi Covid-19, Sarinah dipugar. Dan selesai. Jadilah kini Sarinah keren. Tempat kuliner, jualan barang-barang kerajinan lokal berkelas internasional. Selain pusat belanja dan hiburan.
Bung Karno ingin Sarinah abadi. Bahkan bersaing dan jadi ikon toserba di Jakarta. Bisakah? Kitalah yang membantu cita-cita itu jadi nyata.
Perusahaan ini didirikan pada tanggal 17 Agustus 1962 dengan nama PT Department Store Indonesia “Sarinah”. Pada tanggal 15 Agustus 1966, perusahaan mulai mengoperasikan department store pertamanya di Gedung Sarinah di Jakarta, yang baru saja diselesaikan oleh Obayashi Corporation dan Adhi Karya dengan dana perbaikan dari Jepang.
Pendirian Sarinah Jakarta diprakarsai oleh Presiden Soekarno setelah mengunjungi sejumlah negara yang sebelumnya memiliki department store. Presiden Soekarno berharap Sarinah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga serendah mungkin, namun dengan kualitas yang baik.
Tercapaikah harapan Soekarno?
Kitalah yang membantu mencapainya. Saya ke sana, menemani sahabat Mugeni dari Palanga Raya. Kami menghabiskan waktu seharian di situ. Untuk kuliner dan hiburan. Juga diskusi dan kerja halus (literasi).
Teman saya itu belanja pakaian dan buah tangan. Nah!