Adakah cara mengirimkan daun sengkubak, bumbu alami penyedap masakah khas Dayak, ke tempat jauh agar tetap segar?
Memang ada!
Cara itu boleh dikatakan sebagai “tacit knowledge”, yakni pengetahuan yang belum dinyatakan dalam bentuk rekaman, atau tulisan, apalagi publikasi.
Suatu pengetahuan-diam, yang diturunkan dari generasi ke generasi. Demikian caranya orang Dayak membungkus, atau mengirimkan, sengkubak ke saudara atau pemesan yang jauh. Terutama apabila memakan waktu cukup lama.
Caranya?
Daun sengkubak disusun-susun dengan rapi. Setelah itu, diikat dengan serat pelepah batang pisang. Lalu dibalut dengan pelepah batang pisang. Di dalam seikat, bisa berisi 100 lembar daun sengkubak.
Setelah diikat dan dibungkus, sengkubak siap untuk dikirimkan. Dalam waktu seminggu, daunnya tetap hijau. Setelah diterima, dalam keadaan segar, daun sengkubak dapat dimasukkan ke dalam kulkas.
Mengapa sengkubak dibungkus dengan pelepah pisang, tentu ada maksudnya. Pelepah pisang membuatnya tetap segar, memungkinkannya dalam keadaan dingin, tetapi tidak mengeluarkan air.
Saya pernah menerima kiriman sengkubak dari Kalimantan dalam jumlah cukup banyak, sekitar 3 kilogram. Lama di perjalanan 3 hari, tiba di tempat masih dalam keadaan segar, masih hijau.
Akan tetapi, sebenarnya daun sengkubak kering pun masih tetap dapat digunakan. Ia seperti daun salam. Hanya saja, lembar-lembar daunnya dapat dibuang, setelah digunakan. Namun, cita-rasanya sebagai penyedap masakan, tetap terasa.
Poin kita di sini adalah tentang cara mengirim sengkubak ke tempat jauh agar tetap segar setelah beberapa hari di perjalanan. Yakni membungkusnya dengan pelepah pisang.
Cara yang boleh dikatakan tradisional. Namun, cukup memberikan solusi yang berharga.