Setelah mengalami. Kadang kita baru menemukan. Lalu membangun teori, dari peristiwa serta pengalaman berkali-kali terjadi.
Seperti judul narasi di atas. Saya berani mengatakannya sebagai “aksioma”. Suatu kebenaran, yang tidak perlu untuk dibuktikan lagi.
Sejak 2013, saya berkanjang sebagai petani lada. Namun, bukan petani biasa. Saya terjun sebagai knowledge farmer, petani yang berpengetahuan, meski pengalaman baru seujung kuku item.
Yang terpikir saat itu: Bagaimana “makan lada” sebelum panen, bahkan sebelum menanamnya?
Saya banyak membaca referensi terkait. Salah satu pertanyaan yang mengusik: Mengapa lada disebut “the King of Spices”? Pasti tidak sembarang juluk itu. Saya pun –karena pekerjaan filsuf– heran dan bertanya. Lalu berbuat.
Tulislah apa yang Anda lakukan. Lakukan apa yang Anda tulis.
Tidak harus menikmati hasil lada sesudah panen. Saya harus
1. menulis buku monograf Lada – how to
2. menjual bibit
3. menjadi narasumber
4. menjual tajar
Sekadar informasi: hingga saat ini, saya berhasil menjual bibit hampir 10.000 bibit. Dari dalam, Kab. Sanggau, Kab. tetangga Sanggau, Sekadau, Sintang. Lintas provinsi sampai Jakarta, Kaltara, dan Kalteng.
Dalam setiap kesempatan, saya selalu bilang. Proses kreatif menulis buku itu segampang bernapas: Tulislah apa yang Anda lakukan. Lakukan apa yang Anda tulis!
Maka lahirlah buku Menjadi Kaya dengan Lada. Sejak terbit, 2017, buku ini cetak ulang ke-4.
Sekali lagi. Lagi lagi sekali: Tulislah apa yang Anda lakukan. Lakukan apa yang Anda tulis.
Semudah itu menulis buku!