Valuasi Ekonomi Wilayah Adat| Dayak Dikutip, Tidak (Lagi) Mengutip

Kekurangan, sekaligus kelemahan, orang Dayak sehingga dibranding dan diframing secara negatif lalu dianggap sebagai benar (streotipe) karena selama ini mereka TIDAK MENULIS. Semaunya orang luar menulis tentang mereka.

Namun, kini. Masa telah berlalu. Banyak Dayak literate. Ribuan di antaranya adalah penulis, pegiat literasi, dan memiliki media digital –sama seperti orang metropolitan di benua biru.

Pustaka, atau referensi tentang Dayak pun kini banyak “dari dalam”. Ditulis pakar Dayak. Tentang hutan adat dan valuasi (nilai ekoomi dan nilai budaya) misalnya, orang akan mengutip yang demikian ini.

“Menurut Masiun, Vincensius Vermy, dan Matius Jon (2022: 33), hutan adat jangan dijual untuk apa pun. Sebab tidak ada emas kehidupan, yang ada adalah: air kehdupan. Maka jangan menggadaikan sumber keidupan itu, untuk alasan apa pun!”

Buku ini kaya. Sarat dengan hikmat kebijaksanaan. Pesan moralnya terambat gamblang.

Kekayaan ekonomi sumber daya alam pada wilayah adat sebagai topik kajian ilmiah semakin berkembang sejalan dengan munculnya paradigma ekonomi berkelanjutan baru (Sustainable Development Goals/SDGs) yang meletakkan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup secara selaras dan berimbang.
Tidak ada emas kehidupan, yang ada adalah: air kehdupan. Maka jangan menggadaikan sumber keidupan itu, untuk alasan apa pun.
Dalam kaitan dengan hal itu maka tujuan dari pembangunan ekonomi untuk mencapai pertumbuhan GDP (growth oriented policy) telah dikoreksi dengan munculnya isu-isu kontemporer yang berkaitan dengan pemerataan pembangunan (redistribution to growth atau growth with equityredistribution).
 
Akan tetapi, kesuksesan pembangunan ekonomi dan sosial dianggap belum cukup. Dalam kaitannya dengan hal itu, sejumlah ahli dan lembaga dunia menyarankan perlunya menjaga keberlangsungan pembangunan (sustainability) dengan memasukkan dimensi lingkungan.
 
Paradigma pembangunan baru ini diyakini akan mampu membawa kemakmuran yang berkeadilan dalam kehidupan dan tatanan masyarakat dunia termasuk masyarakat adat dan masyarakat lokal.
 
Wilayah adat tempat tinggal dan bermukim masyarakat adat dan masyarakat lokal adalah satu entitas yang memiliki dimensi ekonomi.
 
Adanya sumber daya alam dan lingkungan di dalamnya adalah salah satu signifikansi keberadaan wilayah adat. Wilayah adat berperan penting dalam menopang kehidupan masyarakat adat dan pada saat yang sama menentukan keberlanjutan ekosistem.
 
Buku ini mengulas valuasi atau nilai dari hutan adat yang masih belum banyak diketahui orang. Nilai hutan adat bukan pertama dan utama sisi ekonominya, melainkan terletak pada: identitas, sejarah, kekayaan adat dan budaya, pelestarian lingkungan serta keberlanjutan masyarakat adat.
 
Pustaka berguna, sekaligus penting, ini terbit atas kerja sama tiga lembaga: Samdhana, PD AMAN Sekadau, dan Penerbit Lembaga Literasi Dayak.
 
Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 730

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply