Bung Karno (BK) dikenal kreatif. Sekaligus inovatif. Dalam banyak hal. Termasuk dalam hal kecerdasan bahasa dan linguistik, yang dalam kamus Gardner disebut wordsmart.
Baca Level Membaca TEKS https://bibliopedia.id/level-membaca-teks/?v=b718adec73e0
Retorika jangan ditanya. Pidatonya menggelora. Tak ada sepatah kata keluar dari mulutnya yang tak berdaya. Kata ayah saya, mendengar pidato-radionya, orang tahan berkanjang, diam, duduk, berdiri berjam-jam lamanya.
BK juga pandai memainkan kata. Membalik istilah. Membangun narasi sendiri, dari peribahasa yang telah ada. Seperti judul narasi ini. Lengkapnya, bukan demikian!
Baca juga Nyanyi Sunyi Pram, Nyanyi Sunyi Sebuah Bangsa https://bibliopedia.id/nyanyi-sunyi-pram-nyanyi-sunyi-sebuah-bangsa/?v=b718adec73e0
Peribahasa. Dari dari peri + bahasa. Gabungan dua patah kata itu, menjadi: peribahasa.
Peri adalah hal; sifat; keadaan. Atau juga: cara berbuat; laku. Jadi, bukan pertama-tama, peri adalah sang dewi cantik. Sedangkan “bahasa”, kita mafhum bersama. Terang benderang. Tidak perlu dijelaskan lagi.
Peribahasa adalah ungkapan atau kalimat bernas. Susunan konsep yang dinyatakan secara ringkas. Padat. Berisi. Perbandingan. Perumpamaan. Nasihat. Sarat prinsip hidup. Atau bermuatan aturan tingkah laku.
Dalam bahasa Italia, struktur yang benar dan lengkap adalah: vivere pericolosamente.
Orator ulung, Bung Karno. Sosok yang dikenal piawai menggunakan peribahasa. Ia dengan kreatif menambahkannya untuk konteks kekinian. Melakukan inovasi sesuai seleranya. Bahkan, mencipta sendiri peribahasa yang kemudian mendunia. Dan abadi.
Tahun 2001. Dalam rangka memperingati 100 Tahun Bung Karno. Sekaligus, mengabadikan semua ucapan dan pemikirannya.
Saya Ketua Tim Penerbitan naskah-naskah (asli) Bung Karno di lingkungan penerbitan Kompas-Gramedia. Beruntung sekali! Saya mendapat kesempatan pertama menerima (kemudian membaca) segepok Dokumen Negara. Ketikan manual kebanyakan. Naskah-naskah asli. Transkrip pidato Bung Karno di berbagai fora dan kesempatan.
Hanya sayang. Kopiannya, waktu itu, setelah habis-pakai, dikiloin. Ada kopnya. Beberapa asli tulisan tangan BK pula. Baru nyadar. Bahwa semua itu amat sangat bernilai.
Salah satu saja pidato yang amat sangat masyhur itu. Yang mengguncang dunia, dan mengubah arah. Juga nancap di kepala orang. Yakni juluk pidatonya ini: Vivere Pericoloso.
Ia frasa bahasa Italia. Artinya: “hidup penuh bahaya”. Atau “hidup nyerempet-nyerempet bahaya”. Saya condong menyebutnya: hidup ngeri ngeri sedap. Dalam bahasa Italia, struktur yang benar dan lengkap adalah: vivere pericolosamente.
Apa pun. Dapat saja dikreasikan. Apalagi, diucapkan tokoh besar dan berpengaruh, jadi pas saja.
Dalam hidup sehari-hari juga demikian. Hidup bukanlah ilmu eksakta. Yang mesti harus bisa dikuantifikasi.
***
Beberapa masa yang lalu. Kami, para pekerja kata dan pegiat literasi (Pepih, Dodi, dan saya) terlibat diskusi hangat soal peribahasa. Latin persisnya. Saling adu argumen dan sudut pandang, tentunya. Akhirnya, sepakat juga. Ada tingkat tingkat pengguna peribahasa. Seperti halnya Bung Karno.
Tapi peribahasa. Apalagi frasa. Ia jadi alat. Yang dapat menonggak sejarah.
Seperti Bung Karno. Ingat Vivere pericoloso. Ingat tahun-tahun di mana BK memberi warning. Siap-siap menghadapi masa-masa sulit. Jika tidak waspada, bahaya mengancam.
Tapi baginya, tantangan sekaligus peluang. Konteks pidato itu adalah: Pencanangan Tahun “Vivere Pericoloso” (1964) oleh Soekarno sebagai Tahun Berdikari.
Berdikari. Juga frasa ciptaannya. Berdiri di atas kaki sendiri. Mandiri. Dalam segala hal. Jadi judul pidato pula.
Ada judul pidato BK yang saya suka. Satu di antaranya: AMBEG PARAMA ARTHA.
Topik yang pasti akan jadi narasi kita pada tulisan yang berikutnya.
Baca pula narasi ini Percetakan & Penerbitan Nusantara Era VOC dan Prakemerdekaan
https://bibliopedia.id/percetakan-penerbitan-nusantara-era-voc-dan-prakemerdekaan/?v=b718adec73e0
[…] Baca Vivere Pericolosa – Peribahasa Ciptaan Bung Karno […]