101 Hari Menulis & Menerbitkan Novel karya saya yang diterbitkan salah satu sisters company Kompas-Grramedia mendapat stempel “Best Seller” setelah cetakan yang pertama.
Mengapa setelah cetakan pertama baru cap “Best Seller” tertera?
Ya, tidak masuk akal saja. Bagaimana mungkin, buku belum terjual habis, sudah ada cap yang demikian itu?
3.000 Eksemplar
Di Indonesia, buku yang terjual sebanyak tiga ribu eksemplar dalam kurun waktu setahun sudah mendapat predikat “laris” atau “best seller”. Ini berbeda secara signifikan dengan standar di luar negeri, di mana buku baru dianggap “best seller” jika terjual jutaan eksemplar.
Baca Kumpulan Puisi: Buku yang Jarang Laku
Perbedaan ini mencerminkan beberapa faktor yang mempengaruhi pasar buku di Indonesia, seperti daya beli, minat baca, keperluan akan pengetahuan, kebutuhan akan hiburan, dan aktualisasi diri.
1. Daya Beli
Daya beli masyarakat Indonesia memiliki pengaruh besar terhadap penjualan buku. Indonesia adalah negara dengan ekonomi berkembang, dan meskipun terjadi peningkatan dalam kesejahteraan masyarakat, pendapatan rata-rata penduduk masih jauh di bawah negara-negara maju. Buku, yang bukan merupakan kebutuhan pokok, sering kali menjadi prioritas kesekian dalam anggaran belanja keluarga. Oleh karena itu, jumlah penjualan buku yang dianggap “laris” juga lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara dengan daya beli yang lebih tinggi.
2. Minat Baca
Minat baca masyarakat Indonesia juga relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara maju. Menurut data UNESCO, minat baca Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya minat baca termasuk kurangnya akses terhadap buku, budaya membaca yang belum terbangun kuat, dan dominasi media visual dan digital seperti televisi dan media sosial. Hal ini mempengaruhi jumlah buku yang terjual, karena populasi pembaca potensial lebih kecil.
3. Keperluan akan Pengetahuan
Kebutuhan akan pengetahuan juga memainkan peran penting. Di Indonesia, banyak orang membeli buku bukan hanya untuk hiburan tetapi juga untuk keperluan pendidikan dan pekerjaan. Buku pelajaran, buku panduan keterampilan, dan buku referensi sering kali memiliki pangsa pasar yang stabil. Namun, permintaan untuk buku-buku jenis ini cenderung terbatas pada kalangan tertentu saja, seperti pelajar, mahasiswa, dan profesional.
4. Kebutuhan akan Hiburan
Buku juga berfungsi sebagai sumber hiburan. Di negara-negara dengan tradisi literasi yang kuat, membaca buku untuk hiburan adalah kegiatan yang umum. Namun, di Indonesia, kegiatan hiburan lebih sering didominasi oleh televisi, film, dan media sosial. Meski ada pasar untuk novel, komik, dan genre fiksi lainnya, proporsi pembaca yang membeli buku untuk hiburan masih relatif kecil. Hal ini kembali mempengaruhi jumlah penjualan buku yang dianggap “laris”.
5. Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri melalui membaca juga menjadi faktor penentu. Beberapa orang membeli buku untuk pengembangan diri, meningkatkan wawasan, atau untuk memenuhi kebutuhan intelektual mereka. Buku-buku motivasi, pengembangan diri, dan spiritualitas memiliki segmen pasar tersendiri. Namun, seperti halnya dengan keperluan akan pengetahuan, pasar untuk buku-buku jenis ini cenderung terbatas pada individu-individu yang memiliki minat dan kesadaran tinggi akan pentingnya membaca untuk pengembangan pribadi.
Beda standar
Perbedaan dalam standar “best seller” antara Indonesia dan negara-negara lain mencerminkan berbagai faktor yang mempengaruhi pasar buku di Indonesia.
Daya beli yang lebih rendah dan minat baca yang masih perlu ditingkatkan berkontribusi terhadap kondisi ini.
Selain itu, keperluan pengetahuan yang spesifik, preferensi hiburan yang berbeda, dan kebutuhan aktualisasi diri yang variatif juga mempengaruhinya.
Memahami faktor-faktor ini penting untuk mempromosikan literasi dan memperkuat industri buku di Indonesia. *)