Herman Josef van Hulten, seorang misionaris Ordo Kapusin (OFM CAP). Datang dari negerinya, Belanda, ke belantara Borneo.
Untuk apa, sebenarnya, Herman pergi ke terra incognita, yang belum tahu dia di mana lokusya? Lalu begitu saja meninggalkan negeri yang subur dan makmur?
Cura animarum
Dalam bahasa teologi-alkitabiah Katolik, tujuannya: cura animarum -memelihara jiwa-jiwa, agar selamat. Maklum! Pada awal alaf ke-18, penduduk Borneo dicap: pagan! (meski kini, kita yang memberi orang Eropa cap sama).
Maka jiwa-jiwa, yang tak mengenal Allah, itu perlu: diselamatkan.
Maka mulailah aksi-misionaris itu. Pada 1905, tiba misionaris dari Negeri Kincir Angin. Mereka menginjakkan bumi Borneo Barat, persisnya di San Keew Jong (Singkawang). Herman bukan misionaris yang mendarat pertama di Borneo Barat, tetapi kloter kedua, bahkan ketiga.
Baca Blust dan Sumbangsihnya pada Prasejarah Borneo
“Pada bulan Januari 1938, saya meninggalkan Negeri Belanda dengan kapal laut Sibayak. Tiba di Singapura, saya harus meninggalkan Sibayak untuk ganti kapal yang tidak begitu besar, Kung Hwa, dan seterusnya menuju Pontianak, ibukota Borneo” (halaman 1).
Sejak 1938, Herman hidup dan tinggal bersama orang Dayak.
Pengalaman Leven met de Daya’s” itulah yang ditulisnya dala dalam 2 jilid buku tebal, berbahasa Belanda. Aslinya buku terbit tahun 1983, di Tilburg.
Catatan seorang misionaris
Buku ini bukan hanya menggantungkan pengalaman Herman bersama suku Dayak di Kalimantan Barat selama 36 tahun dalam hidupnya, tetapi juga mencatatnya secara terperinci.
Buku Hidupku di Antara Suku Dayak,bukan hanya sekadar catatan sejarah gereja Kalimantan Barat, melainkan juga menawarkan interpretasi mendalam tentang suku Dayak, dilihat melalui lensa seorang misionaris dengan warisan budaya Barat.
Meskipun fokusnya lebih kepada suku Dayak Kalimantan Barat, buku ini memberikan manfaat luas bagi siapa saja yang tertarik pada isu-isu sejarah dan antropologi. Di dalamnya, terdapat “catatan harian” yang mencakup data, peristiwa, dan informasi otentik yang dapat dipercaya, memberikan gambaran mendalam tentang kehidupan suku Dayak.
Baca Buku tentang Sejarah Dayak yang Mungkin kan Menyentak
Salah satu keunikan buku ini terletak pada pendekatan penulis yang tidak merujuk pada sumber-sumber tertentu, memberikan kekuatan autentisitas yang menjadikannya referensi berharga bagi mereka yang ingin menyelidiki sejarah gereja Kalimantan Barat dan masyarakat tradisional suku Dayak.
Satu dari 50 buku yang akan di-launching dan dibahas
Edisi revisi yang terbit pada tahun 1992, dengan desain ulang sampul dikerjakan oleh Diddy Sumardiono, memberikan sentuhan segar pada warisan berharga ini.
ISBN dan penerbitan buku baru ini oleh Lembaga Literasi Dayak di mana Masri Sareb Putra mengantongi Hak atas Kekayaan Intektual (HKI) dan lisensi terbit serta publikasinya.
Baca Cerita Nostalgia dari SPG: Buku Kenangan Reuni SPG St. Paulus Sekadau
Buku ini 1 dari rancangan 50 buku ber-ISBN yang akan di-launching, dan dibahas pada Hari Studi dan Peresmian kampus baru Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) Sekadau, Kalimantan Barat.
Sebagai ujud sumbangsih pemikiran brilian. Sekaligus part-of solution, perguruan tinggi bagi masyarakat sekitarnya dan untuk bangsa. *)