Dayak Djongkang: Setiap Buku Punya Takdirnya Sendiri

Judul narasi ini kiranya telah sangat gamblang. Jika dijelaskan panjang lebar, malah bias maknanya. 
 
Buku ini pada 2010 memenangkan Hibah Buku Teks Kementerian Ristek/ Dikti. Saya menerima penghargaan, yang nyata, berupa uang sebesar Rp17.500.000,00. Sebagian, saya berikan kepada ayah, sang inspirator and my mentor.
 
Hingga kini, versi analog buku ini masuk cetakan ke-3. Namun, saya tidak lagi mencetaknya secara analog sebab makin langka, makin mahal secara ekonomis –seperti Kitab Gutenberg.
 
Siapa pun yang ingin memilikinya, dapat memesan langsung edisi internasionalnya di jagat maya AMAZON dengan USD. Beberapa mahasiswa membeli e-booknya. Bukan tidak perlu uang, tapi saya punya motto: Buku terbit, wajib menulis buku baru lagi.
 
Jangan “takut” untuk menulis dan publikasi. Setiap penulis, dan manusia, berpotensi salah. Hanya saja “bagaimana” proses salah itu yang menjadi lain dan penting.
 
Saya meyakini bahwa “gnothi seauton”, kita lebih mengenali siapa diri kita. Maka saya menulis Dayak Djongkang (DJO), etnis dari mana saya berasal. Banyak versi: Djongkang, Jangkang, Jongkakng. Namun, saya memutuskan untuk menggunakan istilah baku,  yang dikenal di kalangan etnolog sedunia; sebab kode Dayak Jangkang di dunia antar-bangsa adalah: Djongkang – ISO 630-3-: djo
 
Terus terang. Terang terus. Tidak ada yang hebat di buku ini. Saya, sebagai penulis, hanya menggali, mengikat pengetahuan, pengalaman, dan sejarah salah satu subsuku Bidayuh. Yang di wilayah Jangkang dipertuturkan 45.000 orang serta terdapat 11 anak-suku berdasarkan penggolongan dialek dan persebaran (halaman 77-79).
 
***
Maka, jangan “takut” untuk menulis dan publikasi. Setiap penulis, dan manusia, berpotensi salah. Hanya saja “bagaimana” proses salah itu yang menjadi lain dan penting.
 
Ada kesalahan yang disengaja. Ada yang karena khilaf. Ada yang karena sebab ketidak/kebelumtahuan. 
 
Kesalahan yang disengaja, by intentional, tidak bisa diperbaiki. Itu soal moral.
 
Tapi  khilaf, belum tahu, kurang pengetahuan; bisa ditambahkan, dan direvisi. Maka, dalam setiap Pengantar buku, penulis menulis hal yang demikian ini:
 
“Segala tegur sapa, kritik, dan saran dari Sidang Pembaca demi semakin sempurnanya buku ini pada cetakan yang berikutnya; kami terima dengan sepenuh hati.”
 
Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 731

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply