Sejak SMA. Saya telah “mengenal”-nya. Dalam arti kenal karya dan membayangkan siapa pengarang yang dengan luar biasa sanggup mengaduk-aduk fantasi. Sedemikian rupa, sehingga bisa 3 hari membayangkan tokoh dan lelaku cerita rekaan, fiksi, karya imaginasi yang diciptanya.
Biasanya, ia menggunakan nama pena: Marga T. Belakangan, saya baru mafhum T itu kependekan dari: Tjoa. Bisa jadi Marga Tjoa ini adalah nama alias.
Baca https://bibliopedia.id/jika-buku-kita-di/?v=b718adec73e0
Saya sempat membaca senarai tokoh Tionghoa Indonesia. Juga buku serial buku Kesastraan Melayu Tionghoa (5 jilid). Di sana dibahas tuntas akar kesusasteraan Tionghoa Peranakan di Nusantara. Saya jadi mafhum, mengapa orang Tionghoa luar biasa dalam sastra!
Marga T, tak pelak, salah seorang pelopor sastra pop Indonesia. Lewat novel bersambung yang dimuat Kompas dari 5 Juni 1972 – 2 September 1972. Mendapat sambutan luar biasa dari pembaca, sehingga dibukukan menjadi novel utuh. Diterbitkan Gramedia, sebagai buku best seller, terjual mencapai 24.000 eksemplar.
Meski demikian sebenarnya novel Marga T yang pertama bukan itu Pada tahun 1971, perempuan kelahiran 27 Januari 1943, menulis dan menerbitkan novel berjudu Karmila.
Dalam buku 101 Hari Menulis & Menebitkan Novel, saya mencatat Marga T sebagai novelis yang bukan saja prolifik. Lebih dari itu, Marga Tjoa menginspirasi. Sekaligus, membikin tonggak lompatan sejarah pernovelan tanah air. Bahwa sastra, sesuai kata magis Horatius “dulce et utile” –indah, sekaligus bermanfaat.
Sastra hanya itu fungsi tujuannya. Cuma itu!
Baca pula https://bibliopedia.id/buku-yang-nama-penulisnya-lebih-besar-dari-judulnya/?v=b718adec73e0
