Menjadi Indonesia – Buku Kesayangan Ayah

AYAH kami, Ludovikus Cornelius Sareb (Sareb). Adalah seorang yang “gila-baca” (bibliopedia).

Koleksi bukunya dulu banyak. Di masa kecil, saya salah seorang di antara 12 anaknya yang suka curi baca buku-bukunya.

Yang saya ingat. Buku Dibawah Bendera Revolusi  karya sekaligus tulisan tangan Bung Karno untuk judulnya, koleksi ayah, telah saya curi baca di bawah umur, yakni pada usia anak SD kelas V tahun 1970-an.

Biografi Ayahku |Ayahmu Mana?

Tidak mengherankan, jika kemudian ayah punya banyak koleksi buku bermutu. Satu di antaranya: buku ini.

Bagaimana buku ini berada di tangan ayah, panjang ceritanya. Namun cukup dibilang: ini asli milik ayah. Ayah minta ditukar dengan punya saya, yang masih bagus kondisinya.

Dengan permintaan: omo ka tao mbagei buku omang de’ jeh balak nto! – kamu pasti bisa memperbaiki sampul buku ayah yang rusak ini.

Dibawah Bendera Revolusi | Curi Baca Buku Ayah

Namun, hingga kini, tak pernah saya perbaiki sampul buku ayah. Membiarkan asli rasanya cukuplah. Sebagai tanda mata bahwa dialah yang punya. Asli.

***

PARAKITRI, sahabat saya, penulis buku ini. Dalam. sungguh dalam. Saya pernah suatu waktu bilang padanya: ini model buku di surga!

Parakitri mendongak. Matanya melotot. “Kenapa emang?”

“Lebih banyak footnotes daripada kandungan isinya!”

Ha……………………………! Parakitri ngakak. Saya mafhum gayanya. Jangan coba-coba berbantah dengan Doktor lulusan Perancis itu. Bikin argumen konyol jauh lebih baik.

(Dan memang, jika Anda pernah membacanya. Dari 803 halaman, buku ini footnotes-nya mulai dari halaman 368).

Buku ini bagai membaca novel. Meski sejarah, tapi kisahnya dikemas, sedemikian rupa, sebagai sastra. Inilah kemudian saya mafhum yang namanya “faksi” itu. Yakni fakta yang dikemas dengan kaidah-kaidah dan gaya susastra!

***

Kini Parakitri telah tiada.

Selamat Jalan Parakitri : Penulis, Intelektual, dan Sahabat

Bagaimana kelanjutan buku ini? Oleh karena buku ini Jilid I, mana Buku II?

Itulah status questionis kita!

***

Saripati buku ini demikianlah:

KENDATI penuh rajukan, buku ini ditulis dengan gaya bertutur yang diharapkan enak juga dibaca oleh para siswa sekolabimenengah. Ma ujukan, yang lebih rinci daripada teks utama, sering lebih enak dibaca.

Ambil misalnya perihal keadaan Nusantara berdasarkan cata arkeologis dalam teks utama Rujukannya berisi serba-serbi penemuan tengkorak manusia purba di Trinil, 1890, sampai 45 tahun kemudian d Ngandong.

Dengan rujukan tersebut pembaca seperti dibawa masuk ke daerah penggellan Dubois, atau ke bengkel larja Konig wald dan Oppenoorth .

CONTOH lain. Hampir semua pembaca sudah tahu bahwa Perhimpunan Indonesia (PI) dibentuk di Nederland oleh para pelajar Bumiputra, Membaca hal itu kembali dalam teks utama buku ini tentu tidak menarik perhatian lagi. Lain halnya kalau pembaca membalik catatan rujukannya.

Pembaca akan seolah-olah dibawa ke jalan-jalan tua Den Haag, Amsterdam, Leiden, dan Rotterdam, masuk ke kamar-kamar para pelajar itu, dan kedalam diskusj diskusi mereka.

Contoh lain lagi. Membaca teks utama, orang mungkin akan penasaran mengetahui mengapa Soetan Sjahrir kawin dengan istri Salomon Tas,

Sahabat karibnya di Nederland, Rujukan akan menjelaskan bah wa zaman itu ; adalah zaman yang penuh eksperimen tentang kebebasan sehingga winan itu bukan skandal seks melainkan bagian perjuangan mencapai merdekaan yang lebih luas cakupannya, yakni kemerdekaan bangsa.

Memang buku ini diharapkan akan membangunkan minat dan bengertian warga bangsa Indonesia, yang berusia sekitar 15 sampai 45 tahun tentang suka duka perjalanan masyarakat Nusantara, yang kini jadi Indonesia, sejak dulu sampai jauh ke masa depan. Mereka seolah-olah ditemukan dengan para pendahulu kita dengan serba masalah dan pergulatan mereka mengatasinya. Jika dengan pertemuan itu timbul benih “kesadaran bahwa masalah dulu itu masih sering berulang sekarang, `dan pergulatan para pendahulu kita masih harus dilanjutkan terus, maka tujuan buku ini sudahlah tercapai.

***

TENTANG “Buku Kesayangan” ayah. Seluruh narasinya, akan saya tulis nanti. Ada peristiwa unik, malam hari ketika ia koma, kami mengerubunginya, membahas apa yang akan bersamanya, masuk ke dalam peti keabadian.

Salah satunya: buku ini!

Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 735

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply