Notokng: Tradisi Angan Tembawang yang Tetap Lestari

Kabar dari Angan Tembawang itu terasa segar. Bagaikan hawa yang datang dari Taman Eden saja.

Di tepi perbatasan antara Kabupaten Landak dan Sanggau, terdapat sebuah kampung terpencil yang disebut Angan Tembawang.

Di sini, penduduknya, yang mayoritas berbicara dalam bahasa Be Aja. Mereka hidup dengan keunikan budaya mereka yang kaya. Salah satu tradisi yang paling dijunjung tinggi adalah Notokng. Yakni ritual tahunan yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Notokng dilakukan setiap tahun setelah panen ladang sebagai ungkapan syukur atas hasil jerih payah mereka sepanjang tahun. Lebih dari sekadar ritual, Notokng juga menjadi waktu untuk memohon restu dari semesta agar tahun-tahun mendatang dilimpahi keberkahan.

Kisah tentang Notokng telah dituliskan dalam buku-buku. Misalnya, buku ini. Semua yang yang ditulis, menarasikan detail tentang prosesi dan makna di balik ritual ini dengan gaya bercerita yang mengundang untuk dibaca dan dipelajari oleh siapa saja yang ingin memahami kekayaan budaya Angan Tembawang.

Tahun ini, Notokng dipersiapkan dengan penuh antusiasme dan kehangatan komunitas. Acara akan berlangsung selama tiga hari tiga malam, dimulai dari 23 Juni hingga 25 Juni.

Setelah perayaan berakhir, mereka akan mengamalkan pantang selama 24 jam. Hal ini menyerupai tradisi Nyepi di Bali, sebagai wujud penghormatan dan refleksi mendalam atas makna spiritual dari Notokng.

Meskipun para kerabat diaspora lokal bertanya-tanya, “Apakah mereka akan pulang untuk merayakan Notokng?” Jawabannya masih belum pasti.

Namun, satu hal yang jelas. Bahwa Notokng tetap memancarkan daya magisnya yang khas dan akan terus lestari di hati dan pikiran masyarakat Angan Tembawang.

Selamat merayakan Notokng, Angan Tembawang!

Sudut Tembawang
22 Juni 2024

Share your love
Avatar photo
Budi Miank
Articles: 1

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply