Pelabuhan Cukur

Suatu hari saya jalan ke Trouville, dan itu masih di Normandie. Saya bisa melihat air laut tanpa ombak, biru, dan mungkin itu sebaiknya dikatakan danau saja, danau yang airnya memang dari laut, meski saya juga tahu bahwa itu sebenarnya adalah pelabuhan, Port de Pêche.

Di sekitar pelabuhan itulah ada bocah sebiji lagi mancing. Saya pun mendekatinya dan menggodanya. “Hey, lihat jaket kita sama birunya, sama-sama biru tua, sama juga modelnya!” kata saya. Dan dia pun senang diperlakukan macam itu. Kami sempat berfoto juga sambil ia sibuk menggunting-gunting tali pancing dengan giginya. Entah menggunting entah membetot.

Lalu saya tanya apakah tadi sebelum saya tiba ada angin kencang? Dia bilang tidak. Tapi mengapa rambutnya tampak acak-acakkan seperti habis diterjang badai laut.  Dia jawab karena rambutnya belum dicukur saja, dan pergi bercukur di sini punya makna lain. Apa itu? Tanya saya. Tanyakan saja kepada orang-orang dewasa, jawabnya, sebab ia juga tidak terlalu mengerti.

Beberapa hari kemudian di sebuah bacaan ketemulah keterangan makna bercukur di Trouville yang di masa lalu ternyata ada kaitannya dengan kebiasaan para lelaki kesepian dari Trouville yang pergi ke rumah bordil di kawasan Le Havre.

Tentu tidak semua laki-laki kesepian yang berangkat ke Le Havre cari pengobat sepi. Mungkin juga ada yang memancing ikan atau urusan lain. Yang jelas jika ada laki-laki dewasa kesepian sering pergi ke Le Havre, sering ia pun disuudoni pergi ke rumah bordil mengingat di Trouville tidak tersedia satu pun. Para lelaki dewasa yang bingung cari alasan itu sering menjawab habis bercukur jika pulang dari Le Havre.

Maka mungkin saja “Aller se faire couper les cheveux!” bukan sekadar berarti “Pergi sana cukur rambutmu itu!” melainkan pergilah ke rumah bordil jika kamu sudah sekesepian itu.

Jadi, hati-hatilah menyuruh orang Trouville untuk pergi bercukur sehingga si bocah tadi juga pantas menyuruh saya tanyakan orang-orang dewasa. Salah-salah kalimat “Aller se faire couper les cheveux!” itu dikira menyuruhnya untuk melacur.

Apakah semua orang Perancis menggunakan ungkapan yang sama untuk hal yang sama, saya tidak yakin. Saya yakin ini ungkapan lokal. Mungkin memang setiap ungkapan punya makna sempurna di atas bumi yang dipijak dan di bawah langit yang dijunjungnya itu.

Saya suka bayangkan kira-kira Le Havre itu Pelabuhan Tanjung Priok meski saya tidak pernah ke Le Havre dan juga tidak pernah ke Tanjung Priok. Yang jelas Port de Pêche itu ibaratnya Pelabuhan Karangantu kalau ukurannya di Banten. Maka aneh jika dari Karangantu sering pergi ke Tanjung Priok dengan alasan bercukur, bukan? Pasti bukan sekadar bercukur.

Di negara kita malah tak perlu ada ungkapan macam itu. Toh begitu banyak salon-salon cukur yang memang dibuat sebagai tempat berlabuhnya para pemburu lacur, tak harus di kota besar macam Le Havre itu, tapi juga di kota-kota pinggiran macam Port de Pêche.

Apakah di Karangantu juga ada? Tanyakan saja kepada orang-orang dewasa di sana. []

Share your love
Avatar photo
Arip Senjaya

Pemenang Literasi Terapan Lokal Perpusnas 2022, alumni Batu Ruyud Writing Camp Kaltara, dosen filsafat Untirta, anggota Komite Buku Nonteks Pusbuk Kemdikbud, sastrawan, editor. Alumni UPI dan UGM.

Articles: 35

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply