Surya Paloh : Saya Mengenalnya Ketika Seorang Pemilik Media dengan Idealisme

Surya Paloh. Saya mengenal pria brewokan ini sejak 1989. Ketika itu, korannya Media Indonesia, dengan huruf besar dan bold garis-garis lurus melintang, berkantor di Jalan Gondangdia Lama. Membelah jalan ke sana, ketika itu, adalah lintasan rel kereta api menghubungkan Cikini dan Kota, Jakarta.

Saya sering mondar mandir ke situ. Ngambil honor yang dimuat majalah Vista -televisi swasta. Saya menulis Maya Rumantir ketika itu yang sedang naik daun sebagai artis dengan lembaga SDM yang didirikannya.

halaman muka MI, 1995.
 
Kemudian, saya menjadi kolumnis koran Media Indonesia (MI), yang merupakan jelmaan koran Paloh yang dibredel rezim Soeharto karena satu dan lain hal.
 
Di kantor sama, ketika Prioritas ganti jadi Media Indonesia, masih ada halaman depan koran yang dibredel itu. Dipajang pada dinding yang dinaungi kaca transparan. Siapa pun tetamu yang bertandang ke sana, dapat menyaksikannya.
 
Sebagai kolumnis, tulisan saya hampir senantiasa dimuat MI sebagai artikel utama di halaman opini. Setiap minggu. Era 1990-2000 memang masa saya produktif sebagai kolumnis. Sebulan, bisa dimuat: 14 tulisan. 
 
Dan seperti Pembaca saksikan. Penulis artikel di halaman opini MI, dihiasi dengan foto-diri yang digambar-ulang. Itu foto saya tampak muka saja, rambut masih lebat, gambar sama yang menghisasi rubrik “Didaktika” Kompas. Namun, di Kompas dipajang asli-foto sang penulis, bukan merupakan hasil re-drawing.
 
Kembali ke Paloh. Waktu ngantar naskah artikel (antar hari ini, jam makan siang; besok telah terbit) ke kantor MI. Saya pas bertemu Paloh. Saya masih ingat, di muka para wartawan dan redaktur, ia melempar kata-kata pujian.
 
“Ini dia, penulis andal kita!” katanya seraya mengelus kepala saya. Mendapat perlakuan seperti itu dari owner MI, tentu saja saya tersanjung. Dan kian semangat menyumbangkan naskah bagus untuk MI. Sampai kantornya pindah ke kompleks Delta Kedoya, Jalan Pilar Mas Raya Kav A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat; saya masih sering ke kantor Redaksi. Hingga saya memutuskan untuk “gantung artikel” pada 2005. Dan bernazar: hanya menulis buku saja. Harus naik kelas!
 
Saya mengenang Paloh sebagai pemilik media yang profesional dan ideal. Saya tak mengenalnya lagi, ketika bekas kantor Prioritas, Vista, dan Media Indonesia di Jalan Gondangdia Lama disulap jadi kantor partainya.
 
Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 731

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply