Mr. Q (Qodari) tengah menjadi perbincangan hangat, menjadi trending topic di media sosial dan di jagat maya.
Kejadian menarik terjadi dalam sebuah stasiun TV swasta terkemuka, di mana empat narasumber dan seorang pembawa acara (host) sepakat untuk menyampaikan berbagai pandangan terhadap Mr. Q.
Meskipun ada upaya keras dari keempat narasumber dan host untuk “mengeroyok” atau mengkritiknya, Mr. Q tetap tidak tergoyahkan.
Baca Post Factum
Sikapnya yang tetap tenang dan merasa sebagai pemenang di “kandang lawan” menunjukkan kepribadian yang kuat dan keyakinan pada dirinya sendiri. Meski dikelilingi oleh kritik dan tekanan dari lawan-lawannya, Mr. Q tampaknya tidak terlalu terpengaruh dan memilih untuk tetap tenang.
Namun, keadaan menjadi semakin menarik ketika salah satu narasumber, yang juga seorang ahli statistik dan politik dengan dasar keilmuan psikologi, memberikan pandangannya. Menurutnya, sikap Mr. Q dapat diartikan sebagai “Temper Tantrum.”
Wartawan, pengamat politik, dan pemilik podcast melihat bahwa sikap tenang Mr. Q sebenarnya adalah suatu bentuk reaksi terhadap tekanan dan kritik yang dia terima.
Dalam konteks ini, “temper tantrum” bukan hanya mengacu pada tindakan eksplosif atau demonstratif secara emosional, tetapi bisa juga mencakup upaya untuk menahan emosi dan merasa sebagai pemenang meskipun dalam situasi yang sulit.
Baca Si non Potes Eos Vincere, Te cum iis Oniunge
Pandangan ahli statistik dan politik ini memberikan dimensi baru pada situasi, membuktikan bahwa penafsiran peribahasa seperti “Temper Tantrum” dapat sangat bergantung pada pemahaman dan perspektif individu, terutama ketika dikombinasikan dengan latar belakang keilmuan mereka.
Etimologi dan semantik “Temper Tantrum”
Temper: Berasal dari bahasa Latin “temperare,” yang berarti “mengatur” atau “menyelaraskan.” Dalam konteks ini, mengacu pada kondisi emosi atau suasana hati seseorang.
Baca Vox Populi Vox Dei
Tantrum: Kata ini berasal dari bahasa Inggris abad ke-18, kemungkinan berasal dari kata dalam bahasa Prancis, “tanter” yang berarti “membentak” atau “menunjukkan kemarahan.” Seperti diketahui bahwa akar Prancis adalah bahasa latin, sehingga dapat disebut kedua ungkapan “Temper Tantrum” dari khasanah Latin.
Semantik:
Temper Tantrum: Merujuk pada reaksi eksplosif atau adegan kemarahan yang ditunjukkan oleh seseorang, terutama anak-anak, ketika mereka kehilangan kendali emosional. Istilah ini menunjukkan kombinasi antara “temper” atau suasana hati dan “tantrum” atau ekspresi kemarahan yang tidak terkontrol.
Penerapan dalam Konteks Peribahasa:
Peribahasa “Temper tantrum” dapat diartikan sebagai perilaku yang tidak terkendali dan eksplosif, seringkali ditunjukkan dengan cara yang dramatis atau tidak terduga.
Pada dasarnya, peribahasa ini mencerminkan kehilangan kendali atas emosi, terutama kemarahan atau kekesalan, yang dapat terjadi pada siapa saja, terlepas dari usia.
Contoh penerapannya dalam kalimat:
“The child threw a temper tantrum in the store when his mother refused to buy him a toy.” (Anak itu melakukan temper tantrum di toko ketika ibunya menolak membelikannya mainan.)
Dalam konteks peribahasa ini, penting untuk diingat bahwa “temper tantrum” sering kali dikaitkan dengan respons yang berlebihan dan sulit dikendalikan, dan bukan hanya sebatas ekspresi kemarahan biasa. *)