Vox populi vox Dei. Dari cara penulisan, dan pegucapan, sudah pasti ungkapan dalam bahasa Latin. Orang hukum, dan politik, kerap menerapkannya.
Penerapan proverbium ini dalam hukum, politik, dan pengambilan keputusan publik. Terutama dalam situasi politik! Lazimnya, berkaitan dengan Pemilihan Umum, voting, untuk menentukan suaatu keputusan publik. Di mana suara terbanyak, itulah yang disepakati bersama. Sebagai suara bulat. Bahkan “suara Tuhan”.
Vox populi vox Dei diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “Suara rakyat adalah suara Tuhan.”
Prof. Mahfud
Di Indonesia, Prof. Mahfud MD gemar menggunakan dan menerapkan proverbium ini. Data digitalnya, masih tersimpan di Youtube maupun di pemberitaan media. Silakan dicari.
Sententiae Latinae ini, sedmikian sering diucapkan, sehingga menjadi sangat akrab mampir di gendang telinga kita. Hanya saja, bisa jadi, kita tahu makna umumnya tapi belu mafhum asal usul dan detailnya.
Ungkapan ini berarti bahwa pendapat, atau kehendak, mayoritas masyarakat dianggap sebagai kehendak atau kemauan Tuhan. Proverbium ini telah lama ada dan sulit untuk menetapkan satu sumber atau orang yang mempopulerkannya secara spesifik.
Baca Dum Spiro Spero
Ditengarai pemakaian pertama kalinya Vox populi vox Dei berasal dari abad ke-8 oleh Alcuin. Ia seorang tokoh pendidikan dan penasihat di istana Charlemagne. Namun, frase ini telah menjadi bagian dari tradisi dan kebijakan politik di berbagai budaya.
Konteks pemilihan umum
Dalam konteks pemilihan umum, prinsip “Vox populi vox Dei” mengandung makna bahwa keputusan mayoritas pemilih mencerminkan kehendak Tuhan.
Pada dasarnya, ide ini mendukung demokrasi sebagai sistem pemerintahan di mana keputusan dibuat oleh mayoritas suara.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pemilihan umum juga dapat rentan terhadap berbagai faktor, seperti: pengaruh media, disinformasi, atau emosi kolektif yang dapat mempengaruhi keputusan mayoritas.
Baca Si vis Pacem, para Bellum : Prabowo Kerap Menggunakan Frasa Ini
Oleh karena itu, seraya menghormati prinsip demokrasi, penting juga untuk menjaga agar proses pemilihan umum berjalan adil dan terinformasi.
Memperhatikan hak-hak minoritas
Dalam menyikapi pilihan mayoritas, masyarakat juga harus mempertimbangkan hak-hak minoritas dan melindungi nilai-nilai hak asasi manusia. Penerimaan terhadap keputusan mayoritas seharusnya tidak mengabaikan hak-hak individu atau kelompok yang mungkin menjadi minoritas.
Penting untuk menciptakan lingkungan politik yang mendukung dialog dan pemahaman antarberbagai pandangan, sehingga keputusan yang diambil mencerminkan pluralitas masyarakat.
Dengan demikian, sambil menghormati prinsip “Vox populi vox Dei,” kita juga harus memastikan bahwa setiap suara didengar dan bahwa keputusan yang diambil mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Kita memang harus menghormati “Vox populi vox Dei”. Namun, yang tidak kalah penting adalah masyarakat dan pemimpin harus bekerja sama untuk membangun fondasi demokrasi yang sehat, inklusif, dan berkelanjutan.
Baca Si non Potes Eos Vincere, Te cum iis Oniunge
Dengan mempertimbangkan hak-hak semua warga. Kemudian melakukan pendidikan politik. Serta menjaga integritas dalam proses politik, kita memastikan keterlibatan setiap warga dalam proses kebijakan. Melakukan pendidikan politik menjadi kunci untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang isu-isu politik dan partisipasi yang terinformasi. Di samping tetap menjaga integritas dalam proses politik adalah langkah penting untuk membangun fondasi demokrasi yang kuat dan adil. *)