Adakah tahapan-tahapan menuju budaya baca?
Memang ada!
Namun, tidak mudah menyelisiknya secara saksama. Sebab, sering budaya baca tidak diawali dari urutan biologis, atau sesuai dengan kronologi waktu. Budaya baca tidaklah linear, yang diawali dari seseorang mulai mengenal huruf dan dapat membaca, sampai jadi kutu buku, dan hingga ia merasa buku benar-benar menjadi bagian dari kehidupannya.
Baca Baca dan Pelajari Buku Ini, Agar Tidak Dikibuli Logika Sesat Pikir!
Fakta menunjukkan, ada orang yang sudah mulai suka membaca pada waktu TK. Ada yang waktu SD. Ada yang waktu SLTP. Ada yang waktu SLTA. Namun, ada pula pula yang ketika sudah masuk perguruan tinggi. Ini kalau yang bersangkutan menempuh jalur pendidikan formal.
Ada juga orang yang tidak menempuh pendidikan formal dan otodidak yang gemar membaca. Bahkan, tokoh seperti Adam Malik –mantan Menlu dan Wapres RI dari 23 Maret 1978-1983— tidak berpendidikan formal tinggi, ”hanya” SD (HIS). Namun, karena gemar membaca dan otodidak, salah satu pendiri Kantor Berita Antara ini memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diakui setara, bahkan melebihi seorang akademisi. Berkat belajar mandiri, Adam Malik berhasil dalam kehidupannya. Menduduki berbagai pos penting di lembaga negara. Sebagai wartawan dan penulis, ia terbilang sukses karena berbagai tulisannya memengaruhi banyak orang. Sebagai diplomat, Adam Malik berhasil meyelesaikan konflik politik antara Indonsia dan Malaysia.
Baca Minat Baca yang Rendah: Nyalakan Pelitamu, Jangan Kutuk Kegelapan!
Jadi, sebenarnya, orang sukses bukan karena bersekolah. Namun, karena belajar. Dan, belajar bisa dilakukan di sembarang tempat, dengan memanfaatkan sumber belajar apa saja.
Sumber belajar bisa guru. Bisa juga buku. Bisa juga hal lain. Mary Leonhardt (1993) mencatat, terdapat delapan tahapan menuju budaya baca. Ini adalah simpulan atas penelitian dan pengamatannya di Amerika Serikat.
Bersetuju dengan tahapan yang dibuat Mary,kita dapat menambah satu tahapan.
Tahapan itu justru berada pada strata paling awal. Sebab, hampir semua orang yang melek huruf melakukannya.
Tahap Pertama
Tidak Sengaja Membaca Tidak sengaja membaca, bisa dialami oleh siapa saja dan di mana saja. Keika sedang naik kendaraan, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, mata kita tidak sengaja membaca tulisan. Baik iklan (tulisan) di kendaraan, maupun tulisan di dinding/tembok, atau plat nama. Bahkan, kalau truk di dekat kita, tulisan di truk pasti mencolok mata.
Dari tulisan yang sopan, hingga tulisan yang seronok, hampir selalu ada di truk. Misalnya: ”Kutunggu Jandamu” ”Kunanti Cintamu” ”Anak Jalanan” ”Ayu Adine” Dan sebagainya. Apakah kita sengaja membaca? Tidak! Kebetulan saja, pada saat itu, mata kita terarah pada tulisan. Dan kita tidak sengaja membacanya.
Baca Augmented reality : Buku Masa Depan
Demikian pula, ketika sedang antre, atau sedang menunggu di kamar tunggu. Kita juga tidak sengaja membaca. Bahkan, ketika hanya ada sehelai atau secarik koran di depan kita saat itu, kita pungut. Lalu, dengan saksama membacanya.
Padahal, informasi di dalamnya sudah usang. Ini adalah tahap pertama membaca, tidak sengaja, atau karena kebetulan.*)