Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
Ketika dosen, bahkan Ketua Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian/MPK (dahulu MKDU) di Universitas Multimedia Nusantara (2007 – 2013). Saya senantiasa memberi motoivasi. Berupaya memfasilitasi dosen-dosen untuk menulis dan bangga dengan buku sendiri.
“Hari gini dosen masuk kelas ngajar bawa buku orang, gak zamannya!” cetus saya. Kata-kata bagai palu godam. Menghujam hingga ulu hati mereka.
Sengaja. Itu cemeti, cara saya melecut pada dosen. Maka di tahun bertuah, 2010, saya mengkoordinasikan dosen-dosen UMN untuk menulis, dan meracik sendiri, buku ajar. Yang sesuai dengan asupan mahasiswa, di tempat kami menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan.
Baca Merdeka Belajar yang Salah Dimengerti (1)
Maka kami, Tim Dosen, setelah saya bagi tugas, menulis bab masig-masing. Saya pun, meski memilih ditulis sebagai “editor” pada sampul buku turut menyumbang 2 Bab. Khusus tetang filsafat, yang menjadi vak saya.
Penerbit maior
Buku ini diterbitkan penerbit maior: Salemba Empat. Penerbit papan atas dalam menyediakan buku teks untuk perguruan tinggi. Mudah saja saya masuk ke dalamnya. Saya adalah penulis buku-ajar Literary Journalism (2010), buku pertama di bidangnya: buku teks untuk perguruan tinggi.
Baca Gerakan Mahasiswa 1974, 1978, dan 2024: Perbedaannya di Mana? Baca Buku ini!
Adapun buku kami ini terbit kemudian. Format khas ukuran buku ajar luar negeri, yakni 18, 5x 25 cm.
Kepribadian mahasiswa kita
Dalam Surat Keputusan Direktur, Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi menegaskan bahwa mahasiswa sebagai cendekiawan muda perlu diantar dan dimantapkan kepribadiannya agar kelak menjadi manusia Indonesia seutuhnya.