Mencatat Pelajaran Sekolah/ Kuliah: Rahasia Kekuatan Tulisan Tangan

Sejak S-2, saya suka mencatat materi perkuliahan dari para profesor. Prof. Tjipta Lesmama pernah bercanda di kelas, katanya, “Mencatat dalam kuliah itu seperti Masri; dia mencatat segala yang saya katakan.
Bahkan, omongan saya yang “jorok” pun dicatatnya. Grrrr, kelas pun tertawa. Dan ketika ada bagian dari taktik membuat kelas hidup dan mahasiswa gak ngantuk, yang menjurus ke xxx, Prof. Tjipta biasanya bilang, “Yang ini jangan dicatat, Masri!”
Intinya adalah: ada ilmu rahasia kekuatan di dalam mencatat.
Neuron, dari ujung pena, ke jari, ke syaraf otak, ada korelasinya di dalam ingatan. Gaya belajar saya adalah dengan mengunyah, bukan tentang jumlah SKS.
Otak, ingatan, seperti jalan tol: tidak bisa dijejalkan dalam semalam. Harus secara bertahap.
Mencatat bukan hanya mengenai menangkap kata-kata dengan pena dan kertas. Melainkan, itu adalah proses kompleks di mana syaraf-syaraf di tangan berperan penting.
Ketika ujung pena menyentuh kertas, syaraf-syaraf sensorik di jari mengirimkan sinyal ke otak. Ini adalah proses yang disebut sebagai “kinestetik learning” di mana gerakan fisik (menulis) berkontribusi dalam proses belajar.
Selain itu, mencatat juga melibatkan bagian otak yang bertanggung jawab atas pemrosesan visual dan motorik.
Ketika kita melihat tulisan tangan kita sendiri, otak mengolah informasi visual ini dengan cara yang lebih efektif daripada melihat tulisan yang sudah dicetak. Ini membantu dalam mengingat dan memahami materi lebih baik.
Jadi, ada korelasi yang sangat erat antara mencatat dengan tangan dan proses belajar.
Ujung pena yang mencatat, jari yang bergerak, dan otak yang memproses informasi merupakan bagian integral dari proses tersebut. *)
Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 728

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply