Judul lengkap: Politik Identitas: Sebuah Bunga Rampai
Penerbit : PT Sinar Begawan Khatulistiwa
Tahun : 2023
ISBN : 978-623-95749-1-8.
Namanya juga “Bunga Rampai”. Penulisnya tentu banyak. Demikian buku ini penulisnya terdiri atas: Wolter Weol, Denni H.R. Pinontoan, Yoan Colina, Lelly Sepniwati, Danella Merdiasi, Rosliah Kiting, Minah Sintian, Ferdinand Willy Sualang, Yane Octavia Rismawati Wainarisi, Tiavone Theressa Andiny, Alfonso Munte, Urbanus, Sri Anggelina, dan I Nyoman Wijayana.
Adapun Tim editornya ada empat, yaki: Wilson, Yane Octavia Rismawati, Wainarisi, dan Deri Susanto. Tim editor ini sivitas akademika Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Palangka Raya. Mereka membidik Politik Identitas dari kacamata bukan-kuda.
Baca Mencatat Pelajaran Sekolah/ Kuliah: Rahasia Kekuatan Tulisan Tangan
Bunga rampai ini membahas berbagai aspek politik identitas, mulai dari isu imperialisme kebudayaan dan etnosentrisme di Indonesia hingga analisis tentang politik identitas dalam perilaku pemilih pemula pada Pilpres 2019. Setiap kontributor memberikan pandangannya sendiri tentang bagaimana politik identitas memengaruhi dinamika sosial dan politik di Indonesia.
Sajian menu buku ini mencakup topik-topik seperti urgensi penerapan moderasi beragama dalam kurikulum pendidikan agama, primordialisentrisme dalam pemilihan kepala daerah di Papua, hingga peran budaya dalam politik identitas di Indonesia, termasuk aspek etnosentris dan penggunaan atribut budaya.
Politik identitas di sini
Politik identitas merupakan bagian tak terpisahkan dari realitas negara majemuk seperti Indonesia. Identitas, yang sering kali menjadi dasar dari kebanggaan dan pengakuan sosial, telah sering dieksploitasi untuk kepentingan politik, terutama dalam usaha mencapai hegemoni kekuasaan. Ironisnya, eksploitasi ini seringkali membawa dampak negatif berupa segregasi dan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda.
Melalui penerbitan bunga rampai ini, para penulis secara tegas menegaskan bahwa politik identitas berbasis etnik, yang seringkali mencerminkan sikap etnosentris, bukanlah hal yang dapat dihindari.
Baca AI dan Google Voice untuk Menulis. Bolehkah?
Oleh karena itu, untuk mengelola dinamika politik identitas ini dengan baik, diperlukan suatu pendekatan politik yang tidak hanya memperhatikan kepentingan kelompok mayoritas, tetapi juga menjamin keadilan di antara kelompok-kelompok yang beragam.
Buku ini secara khusus memfokuskan pada diskusi mengenai politik identitas, membuka ruang bagi pembaca untuk memahami kompleksitasnya.
Harapannya, buku ini tidak hanya menjadi sumber referensi, tetapi juga menjadi bahan diskusi yang berharga untuk memperoleh titik temu dalam upaya membangun Indonesia yang semakin inklusif dan berkeadilan dari waktu ke waktu.*)