Prof. Jatna Supriatna dan Masri Sareb Putra Bertukar Buku

Suasana di lantai 17 Gedung Perpustakaan Nasional, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta terasa hidup dengan energi intelektual yang mengalir.

Jatna Supriatna, seorang pakar di bidang konservasi alam dan profesor yang dihormati di komunitas ilmiah, duduk di meja dengan penuh semangat. Di sebelahnya, Masri Sareb Putra, seorang peneliti dan penulis dalam bidang budaya dan masyarakat Dayak, duduk di sebelahnya dengan penuh antusiasme.

Baca Biografi Apai Janggut, Pendekar Lingkungan dari Sungai Utik

“Selamat datang, Masri,” sambut Prof. Jatna sambil tersenyum ramah. “Saya sangat menantikan diskusi kita hari ini tentang Green Economy and Conservation.”

Masri tersenyum balik, “Sama-sama, Prof. Saya juga sangat bersemangat untuk berbagi ide dan pemikiran dengan  tentang topik yang sangat penting ini.”

Kedua peneliti, dimoderasi Dr. Albertus Monty, mulai berbagi gagasan. Mereka menyoroti tantangan dan peluang dalam mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sambil mempertahankan keanekaragaman hayati. Mereka saling bertukar pandangan tentang bagaimana mengintegrasikan aspek-aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam pembangunan yang berkelanjutan.

“Monty yang nanti menyusun program penelitian bersama. Terutama terkait pemetaan kepemilikan tanah ulayat di Kalimantan Barat. Ini sangat stratetejik,” papar Prof. Jatna.

Bertukar buku

Setelah diskusi yang intens, mereka mengalihkan perhatian mereka pada pertukaran buku. Masri memberikan novel sejarahnya yang menarik, Ngayau: Cheu Fung Teu, Misteri Manusia Kepal Merah kepada Prof. Jatna dengan harapan dapat memberikan wawasan tambahan tentang latar sejarah yang mungkin relevan dengan risetnya. Sementara itu, Prof. Jatna memberikan kepada Masri buku manual yang berharga, SAINS 45: Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia Menyongsong Satu Abad Kemerdekaan sebagai sumbangan untuk perjalanan intelektual Masri.

“Dengan ini, semoga kita dapat terus saling menginspirasi dan memperluas wawasan kita dalam upaya menjaga bumi kita,” ucap Prof. Jatna, penuh harap.

Baca Monograf Manusia dan Alam Krayan, Kalimantan Utara

“Mari kita terus berjuang untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” timpal Masri, penuh semangat.

Di kalangan peneliti dan penulis, penelitian bukan hanya berhenti pada laporan. Melainkan harus menjadi publikasi hasil penelitian. Sedemikian rupa, sehingga ilmu berdampak dan bermanfaat langsung pada masyarakat. Buku mengikat ilmu.

Begitu pertemuan itu berakhir, kedua peneliti dan Monty meninggalkan ruangan dengan semangat yang baru. Mwreka siap untuk melanjutkan perjuangan mereka dalam mewujudkan visi untuk dunia yang lebih baik. *)

Share your love
Avatar photo
Biblio Pedia
Articles: 248

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply