R/E-volusi MENULIS | Dari Bulu Ayam ke Alat Tangkap Suara

Khusus di dalam teknik dan alat menulis. Perubahan secara lambat (evolusi). Ataukah perubahan secara cepat (revolusi)?

Silakan Anda menilai!

Stylus: pensil dan gaya 

Dahulu kala. Pada zaman kuda menggigit besi. Orang menulis menggunakan alat tulis dari bulu ayam yang dicelupkan tinta.

Baca AI dan AGI Menggantikan Kecerdasan Manusia?

Kemudian, orang  menulis menggunakan styllus, atau pensil. Dari sini istilah style (gaya tulisan)  berasal. Makna harfiahnya: pensil.

Lalu alat tulis beralih ke pena, ball point, spidol. Alat tulis cukup andal setelah itu yang digunakan  dalam tempo cukup lama adalah mesin ketik manual, mesin ketik listrik,  Personal Computer (PC), dan laptop.

Menulis dengan gadget (gawai)

Hingga terkini, menulis dengan gadget (gawai). Melalui ponsel (HP) kita masing-masing. Di mana kita amat sangat dimanja cukup bersuara (voice) atau berbicara. Maka jadilah tulisan.

Dahulu kala. Konsep, sekaligus ritual, saya menulis adalah duduk manis di kursi dan berkanjang dengan mesin ketik, PC, dan laptop merangkai kata-kata di atas meja. Tangan /jemari bekerja memindahkan pikiran, perasaan, pengalaman, pengetahuan dan indera ke dalam tulisan. Namun, kini. Sembari tiduran. Bahkan di perjalanan. Di pesawat. Di ruang tunggu. Di WC. Atau di mana saja. Menulis menggunakan suara.

Agaknya, dalam horizon perkembangan dan dinamika mediamorfosis. Maka kata “menulis” perlu diredefinisi.
Merunut kepada Kamus Bahasa Indonesia daring. Menulis dimaknai sebagai:

menulis/me·nu·lis/ v 1 membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya): anak-anak sedang belajar ~; melukis baginya merupakan kesenangan yang dimulai sebelum ia belajar ~; 2 melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan: ~ roman (cerita), mengarang cerita; ~ surat membuat surat; berkirim surat; 3 menggambar; melukis: ~ gambar pemandangan; 4 membatik (kain): lebih mudah mencetak daripada ~ kain;

Jika kita camkan dengan saksama. Dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Makna kamus “menulis” di atas belum cukup untuk menggambarkan proses dan kegiatan menulis pada masa kini.

Baca Cogito, ergo sum

Memang telah ada gagasan di dalamnya. Namun, masih kurang lengkap. Jika saya boleh definisikan, maka “menulis” saat ini adalah:

Proses kreatif dan olah intelektual seseorang di dalam menuangkan gagasan, pikiran, pengalaman, pengetahuan, dan indera ke dalam tulisan menggunakan berbagai alat bantu (teknologi) sedemikian rupa, sehingga tulisan itu bermakna sekaligus berguna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Anda pun dapat membuat definisi terkini dari menulis!

Menulis menggunakan Keep Notes

Sebelum bertemu dan mengenal Pepih Nugraha secara intens dalam kegiatan literasi. Setahun lalu (2021). Saya menulis menggunakan alat laptop. Ke mana pergi, selalu membawa dan memangku komputer yang tipis serta tidak terlalu berat itu. Saya suka merek Lenovo. Key board-nya pas di jari saya. Saya akan cepat sekali menulis.

Akan tetapi, setelah bertemu Pepih. Saya dikenalkan pada alat bantu menulis-cepat di ponsel. Ia memberitahu, sekaligus membantu saya men-dowan load-nya. Yakni: Keep Notes. R atau E-volusi Menulis saya mulai dari sini!

Catatan:
Untuk menggunakan aplikasi Keep Notes. Sebelumnya Anda harus mengunduh aplikasi GBoard di PlayStore untuk ponsel Android, yang memungkinkan fitur “voice” yang mengubah ucapan menjadi teks, muncul dan berfungsi.

Dahulu kala. Konsep, sekaligus ritual, saya menulis adalah duduk manis di kursi dan berkanjang dengan mesin ketik, PC, dan laptop merangkai kata-kata di atas meja. Tangan /jemari bekerja memindahkan pikiran, perasaan, pengalaman, pengetahuan dan indera ke dalam tulisan.

Baca Clear Thinking & Clear Writing

Namun, kini. Sembari tiduran. Bahkan di perjalanan. Di pesawat. Di ruang tunggu. Di WC. Atau di mana saja. Menulis menggunakan suara.

Dahulu saya katakan, mungkin 20 tahun lalu. “Menulislah seperti halnya Anda bicara!”

Menulis dan bicara hakikatnya sama. Yakni menyampaikan/  menuangkan gagasan. Hanya bedanya, yang satu secara lisan yang lain ke dalam tulisan.

Kini berbicara dan menulis itu satu dan sama adanya! Hanya memang. Setelah dituangkan seluruh suara ke dalam kata, harus diedit lagi.

Program Keep Notes, atau Write by voice  adalah alat pelancar dan pemudah. Tetap manusia di atas segala alat ciptaannya.

Di era serbasemua dalam satu ini. Segala fasilitas dan kemudahan menulis tersedia di satu alat (ponsel) saja. Silakan Anda menggunakannya.

Baca Augmented reality : Buku Masa Depan

Entah Keep Notes, entah Write by voice. Sama-sama menyimpan otomatis. Tidak ada istilah “hangus”, atau hilang. Jika tulisan sudah dirasa cukup, dengan amat mudah dipindah melalui teknik : copas ke WA, Inbox FB, email. Atau dikirim ke mana mau.

Saya sendiri. Jika sedang dalam perapian (on fire) menulis. Sehari bisa sampai 30 halaman, atau 10.000 kata.

Kini. Dengan Keep Notes, atau Write by voice. Bisa dua kali lipatnya!

Hal yang patut, sekaligus penting, dicatat. Dalam R/E volusi Menulis ini. Tidak akan plagiat. Sebab murni gagasan kita (penulis/pembicara) yang tertulis melalui suara!

Ini (salah satu) keunggulannya!

Dengan alat canggih ini. Setiap orang, yang bisa bicara, bisa jadi penulis. Tapi apakah semudah itu jadi penulis?

Baca Proses Kreatif Korrie Layun Rampan Melahirkan “UPACARA”: Sebuah In-depth Interview

Bisa ya, bisa tidak. Jika mengasah kemampuan terus, niscaya bisa. Berlatih. Menuangkan gagasan. Memperkaya olah kata. Melenturkan bahasa. Menambah jumlah diksi. Mempertajam lukisan dengan metafora. Menggandakan perbendaharaan kosa kata. Dan sebagainya.

Di samping, tentu saja, belajar langsung dari pakarnya. Atau yang dalam dunia creative writing disebut: read and emulate great writings. Bertemu langsung pakar dan biangnya. Baca. Mamah biak. Lalu ATM (amati, tiru, modifikasi) bukan tiru plek. Bagaimana cara munsyi dan pakar menulis?

Toh keterampilan apa pun. Termasuk mahir menulis. Tidak ujug ujug. Semua perlu latihan. Berkanjang. Selain memang ada unsur: aanleg! Passion. Minat. Tapi bukan: bakat (talenta).

Baca Hiroshima : Contoh Literary Journalism Terbaik yang Pernah Ada

Dan yang namanya alat tetap alat. Manusia di baliknya, itu yang utama. Namun, dengan alat bantu baru ini. Siapa saja dimudahkan. Sekaligus berpotensi menjadi penulis.

Jika menulis (hanya) menuangkan gagasan ke dalam tulisan. Banyak orang bisa. Namun, apa dan bagaimana “kualitas” tulisan yang dihasilkan. Itulah masalahnya!

Cobalah!

Menulis menggunakan jasa Artificial Intelligence (AI)
Kehadiran Artificial Intelligence (AI) dalam penulisan tidak menggantikan, melainkan hanya sebatas alat bantu, mencerminkan perspektif yang masih menjadi perdebatan.

Beberapa penulis menolak penggunaan AI dalam karyanya, menganggap bahwa meskipun hasilnya mungkin baik, tulisan yang dihasilkan tidak alamiah karena kekurangan hati dan perasaan. Terutama dalam karya fiksi, beberapa penulis berpendapat bahwa tulisan AI kurang memiliki ruh dan kekuatan, karena tidak muncul secara alami dari dalam diri manusia.

Baca Minat Baca yang Rendah: Nyalakan Pelitamu, Jangan Kutuk Kegelapan!

Oleh karena itu, penting manusia menciptakan tulisan yang memiliki kehadiran pribadi, rasa alami, dan keaslian, yang sulit ditiru oleh algoritma komputer.

Meskipun banyak yang menggunakan AI sebagai alat bantu, beberapa penulis tetap mempertahankan kebebasan ekspresi dan keunikan suara penulis manusia dalam karyanya. *)

Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 735

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply