Hiroshima : Contoh Literary Journalism Terbaik yang Pernah Ada

Hiroshima karya John Hersey memang sering dijadikan sebagai contoh terbaik dalam penggabungan fakta dan sastra, atau yang dikenal dengan istilah “literary journalism” atau “creative nonfiction.”

Baca Das Kapital : The Televance to the Current Situation in Indonesia

Berikut adalah beberapa aspek yang dapat diambil sebagai best practices dari pendekatan yang digunakan Hersey dalam karya tersebut:

  1. Pendekatan Naratif yang Kuat
    Hersey menggunakan pendekatan naratif yang sangat kuat dalam menggambarkan peristiwa dan dampaknya. Ia menyusun ceritanya sedemikian rupa sehingga pembaca merasakan ketegangan dan emosi yang dialami oleh para korban bom atom. Ini menciptakan pengalaman membaca yang mendalam dan menggugah perasaan.
  2. Fakta yang Teliti
    Meskipun disajikan secara naratif, “Hiroshima” tetap memiliki dasar fakta yang kuat. Hersey melakukan wawancara mendalam dengan enam orang yang selamat, mengumpulkan informasi yang akurat dan mendetail tentang pengalaman mereka. Penting untuk menjaga akurasi fakta dalam menyajikan cerita factual sebagai karya sastra.
  3. Pemberian Suara pada Narasumber
    Hersey memberikan suara pada orang-orang yang mengalami peristiwa tersebut. Ini memberikan dimensi manusiawi pada cerita, memungkinkan pembaca untuk merasakan perasaan dan pengalaman pribadi para korban. Memberikan suara pada narasumber memperkaya kualitas naratif dan meningkatkan empati pembaca.
  4. Struktur Cerita yang Efektif
    Penggunaan struktur cerita yang baik sangat penting dalam literary journalism. Hersey memilih untuk membagi ceritanya menjadi bagian-bagian yang fokus pada masing-masing narasumber. Hal ini membantu dalam memahami dampak serangan bom atom dari berbagai sudut pandang dan menggabungkannya menjadi narasi utuh.
  5. Bahasa yang Memikat
    Penggunaan bahasa yang kuat dan memikat membantu membawa pembaca ke dalam cerita. Hersey menggunakan bahasa deskriptif yang kaya untuk menggambarkan pemandangan dan pengalaman yang dialami oleh para korban. Ini memberikan nuansa dan warna pada cerita.
  6. Ketidakberpihakan dan Keseimbangan
    Meskipun Hersey menunjukkan empati pada para korban, ia juga menjaga ketidakberpihakan dan keseimbangan dalam penyajian ceritanya. Ia tidak memberikan pendapat pribadi yang kuat, tetapi membiarkan fakta dan pengalaman narasumber berbicara sendiri.

Arok – Dedes: Sejarah tentang Kuasa dan Wanita

John Hersey memadukan fakta dengan elemen sastra adalah seni yang memerlukan kehati-hatian dan keterampilan penulisan yang tinggi. Menyelaraskan keakuratan informasi dengan kekuatan naratif dapat menciptakan karya yang kuat dan berdampak.

Siapa John Hersey?
John Hersey adalah seorang jurnalis dan penulis Amerika Serikat yang lahir pada 17 Juni 1914, dan meninggal pada 24 Maret 1993. Ia memenangkan hadiah Pulitzer untuk karyanya di bidang jurnalisme. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah buku Hiroshima.

Baca Menulis dan Mengarang : Beda, Dong!

Sebagai jurnalis, Hersey memiliki karir yang cemerlang. Sebelum menulis Hiroshima, ia telah menorehkan namanya dalam dunia jurnalisme melalui laporan-laporan yang tajam dan mendalam.

Hersey bekerja untuk majalah Time dan Life, serta menjadi koresponden perang selama Perang Dunia II, memberikannya pengalaman langsung dengan kejadian-kejadian penting di berbagai belahan dunia.

Serial, semacam cerbung
Hiroshima awalnya muncul dalam bentuk serial esai di majalah The New Yorker pada bulan Agustus 1946. Pada waktu itu, esai ini mengambil seluruh edisi majalah, yang pada umumnya dikenal karena jarang terjadi. Pemilihan The New Yorker sebagai tempat pemuatan sangat penting karena majalah ini dikenal dengan standar keunggulan jurnalistik sastranya.

Baca Leviathan Hobbes dan Masyarakat Politik yang diarahkan pada Ketakutan

Dalam esainya, Hersey menyajikan kisah nyata dan penuh empati tentang pengalaman enam orang yang selamat dari serangan bom atom di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945.

Hersey tidak hanya memberikan laporan faktual tentang kejadian tersebut, tetapi juga menciptakan gambaran yang sangat pribadi dan manusiawi tentang dampak mengerikan bom atom pada warga sipil.

Baca Tina Lie, Bumi Menulis dan Menulis Bukunya

Setelah muncul di The New Yorker, esai ini kemudian dibukukan sebagai Hiroshima pada tahun 1946, dan menjadi salah satu karya sastra jurnalistik yang paling berpengaruh dalam sejarah.

Hiroshima mewakili suara para korban dan menyoroti sisi kemanusiaan dari peristiwa yang mengubah sejarah ini.

Karya jurnalistik-sastra ini tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga memainkan peran penting dalam menyadarkan dunia akan kengerian senjata nuklir dan dampaknya pada manusia.

 

Share your love
Avatar photo
Biblio Pedia
Articles: 242

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply